Hayeg-hayeg

Sekali mendaki Hayeg-hayeg sudah cukup mengenal bukit ini. Ini jalan paling cepat dari Ranu Pane ke Ranu Gumbolo. Jika lewat jalur pendakian konvensional butuh 5 jam perjalanan, jalur Hayeg-hayeg cukup 2 hingga 3 jam. Berawal dari perkenalan dengan dua pemancing lokal yang mengajak menyusuri jalur ini, kini jalur ini menjadi favorit kami. Perjalanan tidak dimulai dari pos pendakian, melainkan dari jalanan kampong. Jalan-jalan tanah yang sesekali diselingin jalanan berlapis semen itu diapit oleh kebun-kebun sayuran. Kubis, bawang putih dan cabai terong (cabang berbentuk besar pendek) terlihat selama perjalanan. Jalanan ini meliuk-liuk naik turun mengikuti kontur tanah Ranu Pane yang berbukit-bukit hingga berakhir di semak belukar. Di sini jalanan menjadi semakin kecil. Kadang-kadang jalan menurun mirip parit-parit sempit yang menenggelamkan kaki. Ilalang setinggi manusia memenuhi pinggiran jalan, berselang-seling dengan pepohonan pinus.
Menyusuri jalan babi

Jalur ini cukup menghemat waktu, tapi konsekuensinya memang lebih sulit dari jalur pendakian konvensional. Tanjakannya terasa. Di beberapa bagian kemiringannya nyaris 50-60 derajad. Napas jadi ngos-ngosan kalau tak terbiasa. Tapi pemandangannya….luar biasa. Dari puncak Hayeg-hayeg yang sempit kita bisa menengok ke belakang pemandangan Ranu Pane di kejauhan. Di depan terdapat celah sempit yang dibatasi gundukan kecil. Dari celah itu muncul bayangan Semeru di kejauhan, separuh tertelan kabut. Turun dengan jalur menghujam, tibalah di Sendang Pitu yang luas. Sebelum mencapai dataran luas yang mirip mangkuk raksasa, di kejauhan terlihar Ranu Kembang dengan alur rata yang mengarah ke Watu Rejeng (semacam karang terjal). Sendang pitu dipenuhi tanaman khas dataran tinggi, palem raksasa dan berbagai tumbuhan kerdil. Nun jauh di depan, punggung perbukitan bersemu keabuan di balik tabir kabut yang sesekali turun menelan pepohonan, merubahnya menjadi bayangan kelabu. Pohon-pohon mentigi berpucuk daun merah menyala muncul seperti cakar-cakar raksasa yang dibalut lumur janggut.

Gunung Semeru di kejauhan dilihat dari puncak Hayeg-hayeg
Ranu Kembang di kejauhan
Sumber Pitu
Gumuk Mayit alias Bukit Teletubbies
Ranu Gumbolo

Turun lagi melewati jalan babi yang dibatasi ilalang tinggi, mata kita seketika disergap savanna berbukit di kejauhan. Gumuk Mayit. Nama yang menyeramkan. Tapi bagi kami lebih mirip bukit-bukit teletubbies. Bukit-bukit berwarna hijau kuning pucat itu sangat kontras dengan latar belakang hutan yang hijau. Lekuk-lekuknya mengingatkan pada gundukan-gundukan rumah para Hobbit dari lakon Lord of The Ring. Bukit-bukit itu memanjang turun hingga ke celah diantara dua bukit besar. Di balik gundukan berkabut tipis itulah Ranu Gumbolo menunggu diam, yakin para pengunjungnya tak akan menyerah untuk menyapanya, menghirup dingin uap airnya dan menjamah airnya yang sedingin es. Kapan saja.


Foto: Yonkie Firmansyah, Ricky Fetrian dan Koen Setyawan
Previous
Next Post »
Post a Comment
Thanks for your comment