Monyet Patas Secepat Patas

Sumber: http://www.planet-mammiferes.org

Namanya memang monyet patas. Tapi memang si monyet benar-benar patas diantara primata lainnya, mirip bus patas. Inilah primata tercepat di dunia. Seekor monyet patas (Erythrocebus patas) dapat berlari dengan kecepatan 55 kilometer per jam. Bandingkan dengan juara Olimpiade 100 meter yang hanya mampu mencapai kecepatan 36-37 kilometer per jam! Uniknya, monyet ini bukan berlari dengan menggunakan telapak kakinya, tetapi dengan jari-jarinya. Bukan tanpa alasan mereka berlari. Berlari adalah cara terbaik untuk menghindar dari binatang buas. Maklum saja, mereka menjadi incaran binatang buas seperti singa, macan tutul, cheetah, anjing hutan, dan hyena. Mereka akan berlari hingga menemukan pohon untuk memanjat. Tentu saja hal itu tidak berlaku jika mereka diburu macan tutul yang juga piawai memanjat.

Monyet ini memang dilahirkan sebagai pelari. Badannya ramping dan kakinya panjang sedangkan jari-jarinya pendek. Saat tidak berlari warnanya yang kemerahan sangat sulit dibedakan dengan rerumputan savana kering. Ada 4 sub-spesies monyet patas yaitu Erythrocebus patas baumstarki, Erythrocebus patas patas, Erythrocebus patas pyrrhonotus, dan Erythrocebus patas villiersi. Monyet ini dikenal juga sebagai monyet militer, monyet hussar dan monyet merah. Monyet ini termasuk keluarga guenon.

Meskipun menjadi incaran banyak binatang buas, manusialah ancaman utamanya. Bencana paling besar yang dihadapinya adalah kehilangan tempat tinggal. Akibat praktek pertanian yang berlebihan dan penggembalaan ternak, hutan dan savana meranggas berubah menjadi gurun. Monyet ini pun kehilangan nafkah dan kehidupannya. Populasinya menurun tajam terutama di Kenya dan Tanzania. Di Kenya, populasinya turun 46% sejak tahun 1995.

Untuk menghindari ditangkap binatang buas, monyet ini memilih memakan makanan yang dipetiknya di tempat yang aman. Ia berusaha berada di tempat makanan secepat mungkin, monyet ini dapat menyimpan makanan di dalam pipinya yang menggembung. Di tempat yang dirasanya aman, barulah makanan itu dikeluarkan dan dimakannya sambil “leyeh-leyeh” di atas pohon. Kebiasaannya memang bersandar di pohon sambil mengangkat kakinya. Pas sudah santainya. Meskipun penjelajah daratan, pohon tetaplah tempat yang paling aman. Setidaknya untuk sementara waktu. Agar tidak ditemukan binatang mangsa, monyet patas membatasi tidur di tempat yang sama dua kali. Selebihnya mereka harus pindah pohon. Kalau tidak, binatang buas akan mengetahui pohon favoritnya dan diam-diam mengintainya di sana. Duh susahnya jadi monyet patas! 

Monyet penari
Mereka dijuluki juga monyet penari karena selalu melompat-lompat jika bersemangat. Penyebaran di savana dan hutan bersemak mulai dari Afrika Barat, Kenya, Ethiopia dan Tanzania. Sebagian binatang ini hidup berbatasan dengan Gurun Sahara yang gersang. Binatang ini memang tahan hidup di tempat yang kering. Tetapi ada juga yang hidup di pinggiran sungai seperti Sungai Senegal. Pada umumnya mereka menghindari daerah yang berpohon lebat. Alasannya, justru di daerah seperti itulah mereka gampang diincar binatang buas. Di hutan, monyet ini tidak dapat memanfaatkan ketrampilannya yang utama…yaitu berlari cepat! Ia akan tersuk-suruk menabrak pohon.
 

Selain suka berlari, mereka juga memainkan tarian yang mirip dengan gerakan melenting-lentingkan badannya saat musim kawin. Maklumlah tubuhnya memang ringan. Paling berat badannya hanya 13 kilogram. Binatang ini hidup berkelompok. Dalam satu kelompok ada satu jantan dewasa, beberapa betina (biasanya 10 hingga 34 ekor) dan anak-anak. 
                                                                       Sumber:trevor247.files.wordpress.com

Jika ada bahaya mengancam, jantanlah yang bertugas memberikan peringatan kepada kelompoknya dengan teriakan keras. Betina mulai berbiak pada umur 2,5 tahun. Masa akhil balik jantan lebih lambat 1-2 tahun daripada betinanya.
Seekor bayi monyet dilahirkan setelah berada dalam kandungan selama  167 hari. Biasanya pada Bulan November dan Januari. Bayinya berwarna hitam saat dilahirkan dan perlahan menyerupai warna induknya setelah berumur 2 bulan. Mungkin warna hitam itu agar tidak mudah ditemukan oleh binatang buas yang seIalu mengincarnya. Induk menyusui bayinya sampai berumur 6 bulan.

Anak-anak betina tetap tinggal bersama kelompoknya sepanjang hidupnya, sedangkan yang jantan keluar dari kelompok untuk membentuk kelompoknya sendiri atau hidup menyendiri. Uniknya saat bertarung dengan kelompok lain, betina dan anak-anak lebih aktif daripada jantan dewasa. Jantan hanya berteriak riuh mengusir saingannya sedangkan betina lebih agresif mengusir lawannya.  Tetapi jika yang mendekat binatang buas lain lagi ceritanya. Monyet akan berteriak keras memperingatkan yang lain agar segera angkat kaki dari TKP. Hebatnya mereka punya teriakan yang berbeda untuk setiap jenis binatang buas! Semacam ring tone alami yang unik.

Monyet ini adalah pemakan segala. Bagian-bagian tumbuhan akasia menjadi santapan utamanya. Menu lainnya buah, umbi, kadal dan serangga. Mereka juga makan getah tumbuhan. Untuk mendapatkan makanannya, monyet-monyet ini harus menempuh perjalanan yang panjang. Delapan puluh lima persen makanannya diambil di permukaan tanah. Biasanya mereka berjalan sampai jarak 0,5 hingga 14,5 kilometer per hari. Karena kegemarannya pada buah, monyet ini menjadi penyebar biji yang efektif. Biji tumbuhan yang jatuh bersama kotorannya akan tumbuh di tempat ia menjelajah sehingga tersebar patnya makan.


                                               Sumber: http://www.factzoo.com/


 Meskipun demikian, tak semua bisa menghargai jerih payahnya. Para petani memusuhinya mati-matian karena di dekat daerah pertanian, monyet ini suka menggasak tanaman seperti pisang, nanas, dan bahkan bunga kapas. Padahal bagi sang monyet tanaman itu tak ada bedanya dengan tanaman liar lainnya yang tumbuh di savana.

Para penggemar daging juga suka menangkap dan menyantapnya. Daging monyet ini bahkan dijual di pasar-pasar lokal. Rata-rata 1000 ekor monyet ditangkap setiap tahunnya untuk memuaskan selera para penggemar “daging hutan”. Tak heran monyet patas semakin langka. Kini monyet ini dilindungi di beberapa suaka dan taman nasional. Paling tidak ada 18 taman nasional dan 11 suaka alam yang melindungi kehidupan monyet cepat ini. Di Kenya, populasi monyet yang terbesar terdapat di Laikipia.  Di tempat ini, Yayasan Zeitz melakukan kegiatan pelestarian monyet patas. Tanpa perlindungan, kepunahannya akan berlangsung secepat larinya!
Previous
Next Post »
Post a Comment
Thanks for your comment