Berbondong Mendaki Semeru

Ternyata kami kecele. Biasanya setelah lebaran, jarang orang ke gunung. Tapi yang terjadi saat kami mendaki Gunung Semeru di Jawa Timur, orang malah berbondong-bondong ke sana. Puncak pendakian yang biasanya jatuh di sekitar 17 Agustus tahun ini bertepatan dengan Bulan Ramadhan. Mungkin itu yang membuat orang memundurkan jadwalnya menjadi setelah lebaran.
Puluhan tenda berdiri di sekeliling Ranu Gumbolo

Turun dari pundak Hayeg-hayeg (bukit yang menjadi jalan tembus dari Ranu Pane ke Ranu Gumbolo), segera mata kami disergap pemandangan puluhan tenda mengepung pinggiran ranu. Tenda beraneka warna bertebaran di sisi ranu sementara tak henti-hentinya di tanjakan cinta (salah satu sisi Ranu Gumbolo yang menjadi jalur pendakian ke puncak) rombongan pendaki dating dan pergi. Pondok pendakian yang biasanya sepi, dipenuhi oleh para pendaki yang akan berangkat atau baru turun dari pendakian. Sebagian duduk-duduk di teras. Lainnya memasak dengan kompor kecilnya. Ada juga yang mendirikan tenda di kamar pondok. Lah kalau yang ini memang rada aneh. Camping kok di dalam kamar?

Puluhan tenda juga bertebaran di Kali Mati saat kami tiba di sana. Ini pos terakhir sebelum mendaki puncak Semeru. Tapi sebagian ada yang berkemah di Kelik (salah satu lokasi di dekat puncak yang mendapatkan namanya dari nama seorang pendaki yang meninggal di sana) yang lokasinya lebih dekat ke puncak. Pendakian ke puncak lebih mirip perayaan bersama. Ratusan orang bergantian menyusuri tanah berpasir, mendaki puncak. Malam yang gelap diterangi puluhan head lamp dan senter. Lampu berkelap-kelip di kejauhan seperti kunang-kunang di gulita malam.

Rombongan pendaki

Saat matahari terbit menerangi punggung Semeru, seketika celoteh suara para pendaki yang turun dan naik puncak segera terdengar jelas. Para pendaki dari berbagai tempat disatukan dengan satu tujuan, mengagumi kebesaran Ilahi. Beberapa meter sebelum mencapai puncak, kami habiskan memotret nuansa alam jauh di kaki Semeru. Puluhan pendaki masih merayap di kejauhan. Sinar matahari menyingkap gelap, membuka tabir keindahan alam di balik kabut. Punggung-punggung bukit perlahan muncul dari kegelapan, kontras dengan bayangan di baliknya. Nun jauh di sana, gunung-gunung mengintip dari balik awan, memamerkan wajahnya yang biru keabuan. Seperti berlomba memanggil-manggil para pendaki untuk mengunjungi mereka entah kapan.

Bentang alam dari punggung Semeru

Foto: Yonkie Firmansyah dan Koen Setyawan

Previous
Next Post »
Post a Comment
Thanks for your comment