Ulang Tahun Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Kantor Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Seminggu belakangan biasanya bangun agak molor. Maklum semalaman begadang bikin ilustrasi. Tapi hari Jum’at kemarin terpaksa nggak bisa bermolor-molor ria. Pukul 04.30 sudah harus bangun dan ngetik naskah. Maka lahirlah cerita Harimau yang takut mandi. Inspirasinya sebenarnya berasal dari salah satu buku Winnie the Pooh di Disney, tentang harimau yang kehilangan lorengnya. Tak sempat membaca dua kali, naskah segera disimpan dalam flash disc dan siap cabut ke kantor Matoa. Hari ini Matoa punya gawe. Bukan Matoa sebenarnya yang punya hajat, melainkan Taman Nasional Gede Pangrango. Matoa bertanggung jawab mengisi acara pada perhelatan ultah taman nasional itu. Taman Nasional yang berulang tahun ke 29 ini berlokasi di antara 3 kabupaten: Bogor, Cianjur dan Sukabumi. Di sinilah bermula mata air yang membasahi Sungai Citarum, Ciliwung dan Cimandiri. Seperti namanya, taman nasional ini memang punya dua puncak gunung, Gunung Gede dan Pangrango. Hutan pegunungan yang mendominasi wilayah ini merupakan rumah dari berbagai spesies langka seperti Elang Jawa, Owa Jawa, Ajag, macan tutul, kantong semar, dan berbagai jenis anggrek. Jaraknya yang sangat dekat dengan ibukota negara tak pelak menjadikannya kawasan hutan tropis yang paling dekat dengan ibu kota. Tak heran taman nasional ini menjadi tujuan kunjungan wisata berbagai wisatawan.

Permainan

Tari dan nyanyi

Dalam sekejab bersama kru Matoa, aku sudah berada di dalam mobil yang dipacu di jalanan berkelok-kelok menuju Cipanas. Acara kami mulai berlangsung siang setelah Sholat Jum’at. Jadi masih punya waktu santai, sarapan dan melihat-lihat stan lainnya. Di dalam studio, acara resmi sedang berlangsung dengan khidmat dan monoton. Sedikit membosankan, terdiri atas acara pemutaran film, diskusi dan dilanjutkan dengan kunjungan di seputar lokasi kantor Taman Nasional Gede Pangrango untuk menengok mikrohydro di samping gedung taman nasional.

Stan JICA, memamerkan benda-benda daur ulang

Pesta anak sesungguhnya tiba saat puluhan bocah dari SD di sekitar taman nasional, Bogor dan Bahkan dari Benhil, Jakarta mulai merangsek memasuki gedung. Celoteh kanak-kanak dan teriakan guru-guru menandai berakhirnya acara seremonial yang serba formal. Bertempat di hall gedung kantor taman nasional yang lega, pertunjukkan pun dimulai. Berbagai SD menampilkan kebolehannya menyanyi, main siter, menari bahkan melawak. Yang menarik ada pertunjukkan musik dengan bahan bekas. Bukan hanya suara yang unik yang keluar dari potongan paralon, pipa besi, kaleng bekas biskuit dan galon air, tetapi tingkah polah para pemainnya yang bebas, bergembira dan nakal membuat suasana menjadi meriah.

Band bahan bekas. Seru!

Para kru

Giliranku sampai di pertengahan acara. Karena temanya harimau, krus Matoa mau bersusah payah menggotong awetan harimau sumatera dari lantai atas ke hall. Maka jadilah awetan harimau menjadi saksi bisu, story telling yang diciptakan dengan terburu-buru. Bocah-bocah pun bersedia meluangkan waktunya membentuk lingkaran rapat dan mendengarkan dongeng modern tentang harimau yang tak suka mandi. Waktunya terlalu singkat dan ini pengalaman pertamaku membacakan dongeng secara live. Tapi senyuman cerah, tawa lepas, tatapan mata ingin tahu dan mulut yang sedikit terbuka memberi kesan tersendiri. Ketika dongeng usai, Mas Hadi yang sempat mengabadikan momen itu dengan tersenyum memamerkan jepretan kameranya. Di foto itu nampak dua anak yang melongo termangu mendengarkan cerita. Lumayan berhasil. Rasa kantuk pun terbayar tuntas.

Previous
Next Post »

2 comments

Click here for comments
DE
admin
12:43 AM ×

seru bgt ya caranya terlihat dr foto2 di atas

Reply
avatar
koensetyawan
admin
7:57 PM ×

Iya, trims

Reply
avatar
Post a Comment
Thanks for your comment