Menggambar badak sumatera. Siapa takut?



Terlalu mepet. Mungkin kesan itu yang terpikir saat mengadakan lomba menggambar dan mewarnai. Dan terbukti hanya 34 peserta pameran yang mengikuti acara pameran hari terakhir ini. itupun banyak yang mendaftar sebelum acara berlangsung. Tapi kalau soal kemeriahan, nampaknya para panitia dan Tim Danamon Bangking Bogor-Juanda (Mbak Lucy dkk.) cukup terhibur. Senang juga menyaksikan tingkah polah bocah-bocah TK yang siap menggambar. Sebelum acara berlangsung, para peserta mungil itu dengan berbalut kaos bertuliskan Welcome Andalas, hilir mudik di ruangan pameran, berlarian atau berfoto di depan patung badak yang super gedhe. Ketika lomba mulai berlangsung, bocah-bocah itu mulai duduk rapi di depan panggung sambil membuka meja lipatnya dan dengan antusias menatap flipchart di depan mereka.

Acara dimulai dengan mengamati patung badak. Patung badak sumatera itu sengaja diturunkan dari panggung sebelumnya. Saya pun memandu bocah-bocah TK itu untuk mengamati dan menghitung cula, telinga, mata dan kuku badak. Proses itu sekedar memberikan bekal kepada peserta untuk mengenal ciri khas badak sumatera yang menonjol. Ketika mereka diajak menghitung kuku badak, bocah-bocah itupun berebut menunjukkan telunjuknya pada kuku badak. Saking bersemangatnya, bahkan beberapa orang bocah terjatuh dan bergulingan satu sama lain. Tapi kemudian kembali berdiri dan tertawa gembira saat berlari kembali ke meja lipatnya.

Ketika semua mata menatap lembar kertas gambar di flipchart, saya mulai memainkan spidol kecil dan besar bergantian, membuat gambar kartun seekor badak sumatera. Bentuknya memang sedikit berbeda dengan rencana saya, sehingga saya harus menggambar untuk kedua kalinya. Ternyata bocah-bocah itu dengan mudah mengikutinya dengan garis bantu. Maka bermunculankah beraneka macam gambar badak di atas kertas yang dibagikan panitia. Badak kecil, badak kurus, dua ekor badak. Namun semuanya dengan ciri yang lengkap, badan bulat, kepala panjang, dua cula, ekor, kaki dengan masing-masing 3 kuku. Yang menakjubkan para peserta berani berkreasi dengan berbagai macam warna crayon. Hasilnya adalah gambar-gambar cerah beraneka macam badak. Masing-masing peserta pun menggambar dengan gaya tersendiri. Ada pewarnaan gradasi khas peserta sanggar menggambar, ada pula yang memilih warna sederhana dengan harmoni yang elok. Tapi tak kurang juga yang menuntut sang ibu yang menemani di sisi ruangan untuk menggambar. Namanya juga anak-anak. Nah kalau yang ini tentu saja tak masuk kriteria penilaian. Mungkin masuk untuk lomba kolaborasi ibu dan anak he..he..he.

Sebenarnya bukan lomba gambarnya yang penting. Pengenalan badak sumateralah yang jauh lebih penting. Dengan mengamati badak dan menggambarnya, kita berharap bocah-bocah itu merekam berbagai hal tentang badak sumatera dan membekalinya dengan kepedulian dan rasa sayang. Sekarang tinggal bagaimana memupuk kepedulian itu hingga menjadi aksi nyata di kemudian hari. Sayang Dick Doang yang didaulat menjadi duta badak, urung datang. Namun bagaimanapun juga, bocah-bocah mungil itulah duta badak yang sebenarnya. Semoga kesan mendalam pada andalas dan teman-temannya, keras membekas dalam kepala bocah-bocah mungil itu. Amin.

Previous
Next Post »
Post a Comment
Thanks for your comment