Pameran “Welcome Andalas”



Hall Botani Square
masih lengang. Di ujung ruangan, sebuah panggung mungil sudah tertata rapi dengan hiasan ranting dan dedaunan yang berpadu dengan latar belakang yang melukiskan suasana hutan. Menyembul dari sudut kiri panggung, patung seekor badak bercula dua dengan ukuran besar. Sedikit lebih besar daripada badak aslinya. Sebuah screen terpaku di sudut kanan, siap menampilkan cuplikan-cuplikan film dokumenter dari layar proyektor di depannya. Di ujung lainnya selembar kain bergambar kepala badak sumatera. Di atasnya tertulis dengan huruf besar dan tebal, “Welcome Andalas”.

Ya, hari itu, bertepatan dengan tanggal 17 Februari 2007, di Botani Square Bogor memang sedang dilaksanakan pameran tentang badak sumatera. Pameran ini selain mencoba memperkenalkan keberadaan badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) juga sekaligus menyambut kedatangan Andalas, seekor badak sumatera muda kelahiran Kebun Binatang Cincinati, Amerika Serikat, yang kini dititipkan di Kebun Binatang Los Angeles. Andalas dijadwalkan mendarat di Bandara Udara Internasional Soekarno-Hatta pada tanggal 20 Februari 2007. Terhitung sejak tanggal 21 Februari 2007, Andalas akan menjadi penghuni baru SRS (Sumatran Rhino Sanctuary) di Taman Nasional Way Kambas, Lampung, melengkapi koleksi badak-badak sumatera sebelumnya: Bina, Torgamba, Ratu dan Rosa. Diharapkan Andalas yang berjenis kelamin jantan ini akan menjadi (meminjam judul lagu Sheila on 7), seekor “pejantan tangguh” untuk mengawini badak-badak betina muda, Rosa dan Ratu sekaligus meneruskan keberhasilan proyek pengembangbiakan badak sumatera di Amerika Serikat.

Tema kedatangan Andalas inilah yang dipakai sebagai media untuk meningkatkan kepedulian masyarakat akan satwa langka Indonesia dalam pameran yang berlangsung 2 hari itu. Badak sumatera kini diperkirakan tinggal 200 ekor di habitat aslinya di Sumatera. Di seluruh dunia, populasinya tak lebih dari 300 ekor. Berbagai informasi terkini tentang badak sumatera inilah yang coba dipaparkan dalam berbagai media oleh panitia pelaksana. Di dekat panggung, sorot LCD Proyektor siap memainkan cuplikan film-film badak sumatera, keseharian maupun momen-momen menarik seperti penyelamatan badak Ratu dan Rosa yang nyasar ke perkampungan di perbatasan hutan Taman Nasional Way Kambas dan Bukit Barisan Selatan. Berbagai poster tentang badak sumatera dipajang di sepanjang hall. Di tepi sebelah kanan ruangan dipamerkan seonggok kepala badak dalam ukuran asli dari tanah liat. Kang Agus Abdulrahman yang lebih kondang dipanggil Agus Bonsai, pencipta patung itu, mengajak pengunjung terutama anak-anak untuk membuat patung-patung badak. Ia menyediakan bongkahan-bongkahan tanah liat siap pakai di dekat patung lempung.

Ukiran badak dan patung badak menghiasi ruangan bagian tengah, dipadu dengan berbagai merk makanan dan minuman kaleng berlukiskan hiasan badak. Sebuah cula badak sumatera asli dipajang di dalam kotak kaca diapit oleh patung-patung badak dari kayu. Di ujung ruangan lainnya, panitia menyediakan pernik-pernik badak sumatera seperti T-shirt, pin, dan patung. Panitia juga membuka kesempatan kepada pengunjung untuk bergabung menjadi mitra badak sumatera dengan membayar pendaftaran hanya sebesar Rp. 5000,-. Obral murah, kelakar drh. Marcel Adi CTR, Site Manager Sumatran Rhino Santuary, yang hari itu tak henti-hentinya hilir mudik dengan muka cerah. Peminatpun semakin banyak.

Sebuah panggung terbuka digelar di depan panggung, siap dengan berbagai mikrofon dan pengeras suara sebagai ajang bagi dua grup band akustik yang akan menghibur pengunjung selama pameran. Acara ini diselingi juga dengan kuis dan talk show tentang badak sumatera. Maka jadilah acara ini acara gado-gado antara info ilmiah yang dibungkus dalam kemasan populer. Mungkin seperti makanan sarat gizi yang tetap renyah dan ringan dimakan.

Ketika aktivitas botani square mulai menggeliat, para pengunjung pun mulai berdatangan. Kelihatannya tak banyak yang tahu tentang pameran ini. Bahkan nampkanya sebagian besar hanya sekedar ingin tahu tentang acara yang akan berlangsung. Namun ketika MC mulai beraksi dan musik mulai mengalun, lebih banyak lagi pengunjung yang menyempatkan diri merubung panggung. Pengunjung di lantai atas pun tak ketinggalan menatap hall. Suasana menjadi meriah. Pengunjung bersliweran meneliti poster-poster dan bertanya ini itu kepada panitia, melihat-lihat souvenir dan menonton film-film dokumenter. Sementara Kang Agus sibuk merayu bocah-bocah kecil meraup bongkahan tanah liat untuk membuat berbagai patung badak. Dipandu beberapa orang panitia, tangan-tangan kecilpun mulai terampil mengolah tanah lembek abu-abu itu menjadi berbagai bentuk patung badak mungil. Ruang pameran pun semakin meriah. Kata siapa pameran konservasi tak menarik?

Previous
Next Post »

1 comments:

Click here for comments
Anonymous
admin
8:11 PM ×

Find more here:
Rhino Andalas

Congrats bro Anonymous you got PERTAMAX...! hehehehe...
Reply
avatar
Post a Comment
Thanks for your comment