Sudahkah kita merdeka?

Bagiku kemerdekaan adalah kebebasan untuk mengeluarkan pendapat, berekspresi, membuat karya nyata. Bagiku kemerdekaan adalah kebebasan untuk bersosialisasi, bergaul tanpa tanpa sekat-sekat pembatas, sekat-sekat sosial, sekat-sekat primordialisme, dan sekat-sekat yang lain yang membuat komunikasi kita terhambat. Sekat-sekalt bodoh yang dijaga dengan kuat oleh sebagian orang karena menguntungkan mereka. Bagiku kemerdekaan adalah bebas membuat pilihan dan bertanggung jawab dengan pilihan itu, karena setiap pilihan mempunyai konsekuensi dan resikonya sendiri.
Tanpa kebebasan tak kan ada kemajuan. Tak ada dinamisme. Tanpa kebebasan tak akan muncul inovasi, kreativitas dan maha karya. Memang kebebasan juga terbatas karena selalu berkaitan dengan kebebasan orang lain. Tapi bukan berarti lantas kebebasan tak perlu. Bagi seorang penulis kebebasan adalah sebuah kondisi ideal untuk menelurkan tulisan-tulisan bermutu. Sensor dan lingkungan yang mengekang kebebasan justru membuat karya-karya tulis menjadi melempem. Apalagi jika keterbatasan dan ikatan itu kemudian diarahkan untuk membuat sang penulis hanya menjadi corong penguasa. Yang terjadi adalah tulisan slogan, kampanye dan puji-pujian yang dangkal. Tak ada kritik, tak ada terobosan, tak ada simpati, tak ada karya unik, tak ada karya besar. Yang ada hanya tulisan yang membosankan dan ABS. memang ada karya-karya agung yang justru muncul oleh tulisan kaum tertindas. Tapi toh karya seperti itu tak akan bisa dinikmati dengan bebas oleh khalayak ramai dan harus diselundupkan dan diterbitkan secara sembunyi-sembunyi.
Tapi memang tak semua orang berani menjadi bebas merdeka. Lagu bebas lepas seperti burung kebanyakkan hanya mimpi. Memang ironis. Di belahan dunia yang lain, sekelompok orang mati-matian merebut kebebasannya, tetapi di belahan dunia yang lain yang orang-orangnya telah merdeka, justru ingin dikekang dengan berbagai macam aturan. Orang ingin penguasa yang kuat dan totaliter, yang membuat segalanya serba teratur dan aman dan terkendali. Banyak orang sekarang memimpikan masa lalu yang gemilang tanpa berani menatap masa depan. Orang bilang sekarang sudah kebablasan, orang bisa bicara sebebas-bebasnya tanpa tanggung jawab (kata orang yang nggak suka dikritik), bebas mengawasi yang lain (kata orang yang suka korupsi), menjadi terlalu terlalu liberal (kata orang yang status quo), bebas berekspresi (kata orang yang suka sensor ketat) dan bebas menulis apa saja (kata orang yang suka memutarbalikkan dan menyetir pers). Tapi kebebasan kita belum sampai tahap itu. Belum semua orang berani buka mulut. Dokter gigi masih banyak dibutuhkan. Kebebasan berbicara masih langka. Semua orang boleh bicara tanpa takut diancam, diintimidasi dan diisolir atau kelihatan aneh. Yang tak boleh dilakukan adalah memaksakan kehendak, apalagi dengan kekerasan. Yang tak boleh dilakukan adalah membungkam kebebasan berbicara orang lain dengan dalih melindungi, tak pantas, atau melanggar adat atau ajaran agama. Yang tak boleh dilakukan adalah merampok kebebasan orang lain dengan mengatasnamakan mendapat kepercayaan dan legitimasi (karena dianggap dipilih secara sah). Sudahkah kita merdeka?

Selamat merayakan Hari Kemerdekaan RI ke 61. Merdeka! Merdeka!
Previous
Next Post »
Post a Comment
Thanks for your comment