Giles Farmer of Ham, Satir politik yang lucu

 


J.R.R Tolkien tidak hanya dikenal sebagai penulis epik bertema fantasi yang menegangkan dan megah. Tapi ia juga menulis beberapa cerita pendek yang lucu tapi penuh sindiran. Jika biasanya ia menggunakan Eropa abad pertengahan sebagai “role model” cerita-cerita semacam Lord of The Rings dan the Hobbit, dalam Giles Farmer of Ham, ia dengan nakal menyelipkan ide modern ke dalam dongeng kunonya. Meski dibalut dengan fantasi semacam ksatria berzirah, naga raksasa dan pertempuran seru, cerita ini juga menyelipkan sedikit pesan berbeda: siapapun bisa jadi penguasa bahkan jika dia hanya anak seorang petani miskin. Dalam abad pertengahan, petani adalah kasta terendah. Mereka biasanya miskin dan menggarap lahan milik bangsawan.

 
Giles menceritakan para kasatria yang mencoba menangkap seekor naga yang mencuri emas kerajaan. Tak ada ksatria yang berhasil menangkap naga itu. Naga yang bernama Chrysophylax itu justru berhasil dikalahkan oleh Giles, yang sama sekali bukan keturunan ksatria. Giles mengalahkan naga setelah ia memakai pedang Caudimordax ("Tailbiter"). Pedang itu merupakan hadiah dari sang raja karena Giles pernah mengusir seorang raksasa pergi dari kerajaan. Meskipun Giles mengalahkannya tanpa sengaja. Giles berhasil membekuk naga dan menyita harta bendanya. 

Penampilan Giles digambarkan dengan jenaka oleh Tolkien sebagai jauh dari penampilan seorang ksatria. Dia gemuk dan berjanggut merah. Ia juga lebih suka kehidupan yang tenang dan sedikit malas. Untuk membuat baju zirahnya, dia dibantu teman-teman kampunya yang mengumpulkan rantai besi.

 


Karena kehebatannya, Giles yang nama lengkapnya adalah Ægidius Ahenobarbus Julius Agricola de Hammo, kemudian menjadi terkenal bahkan melebihi popularitas sang raja. Sang raja marah dan bertekad menangkap Giles. Tapi dengan kecerdikannya Giles berhasil mengalahkan pasukan raja. Ia mengangkat dirinya sendiri sebagai raja. Karena tak bisa membaca dan berbicara bahasa latin, ia menghapus keharusan menggunakan bahasa latin dan menggantinya dengan bahasa rakyat biasa. Padahal sebelumnya bahasa latin adalah bahasa resmi dan mendominasi rakyat karena mejadi simbol kekuasaan raja dan bangsawan. Hanya orang-orang penting saja yang bisa bahasa itu. Rakyat jelata tidak. Dengan gayanya yang kocak, Giles membuat rakyatnya setara. Ia memerintah kerajaan a la petani. Buku ini diterbitkan pada tahun 1949 dan nampaknya merupakan satir politik yang diceritakan secara karikatural. Naga dan anjing Giles, Garm, diceritakan bisa bercakap-cakap seperti manusia. Namanya diambil dari Mitologi Norse.

 

Next
This is the current newest page
Previous
Next Post »
Post a Comment
Thanks for your comment