Aku dan Coelacant




Akhirnya kesampaian juga melihat dari dekat wujud ikan purba coelacant. Tepatnya di wahana Seaworld Ancol. Melihat awetan ikan itu dalam ruang kaca sungguh membuat termangu kagum. Sayang tak banyak pengunjung yang memperhatikan ikan langka ini.

Coelacant menado di Seaworld, Jakarta

Dalam bahasa latin, Coelacant berarti duri yang berongga. Duri siripnya memang berongga sehingga kesannya lebih pejal dan padat daripada duri sisik ikan yang gepeng. Dulunya ikan ini dianggap punah pada akhir Creatceus (65 juta tahun yang lalu) yang sekaligus mengakhiri era dinosaurus. Namun pada tahun 1938, ikan ini ditemukan secara tidak sengaja di muara sungai Columna, Pantai Timur Afrika Selatan. Yang mengejutkan wujudya tak banyak berubah sejak diperkirakan punah jutaan tahun yang lalu. Ikan yang dinamai Latimeria columnae ini termasuk fosil hidup. Sejak saat itu ikan ini ditemukan di Komoro, Zimbabwe, Kenya, dan Tanzania. Belakangan spesies berbeda ditemukan di perairan Manado pada tahun 1999. Lucunya spesimen pertama ditemukan di pasar oleh arnaz dan Mark Erdmann. Kelak spesies ini yang salah satunya dipamerkan di Seaworld, dinamai Latimeria menadoensis.

Fosil coelacant, Axelrodichthys araripensis (Wikipedia)

Fosil coelacant paling tua berasal dari masa Devonian pertengahan. Ikan memiliki tulang yang menunjang sirip anal dan dadanya. Ekornya mempunyai tiga lobus. Sisik-sisiknya juga lebih tebal dibandingkan sisik ikan pada umumnya. Kesannya mirip ikan berbaju zirah. Ikan ini pada masa kejayaannya mendiami beberapa perairan. Namun tiba-tiba menghilang setelah akhir Cretaceus, 65 juta tahun yang lalu. Setelah penemuannya kembali, para ahli baru tahu, jenis Coelacant yang hidup di perairan dangkal lah yang lenyap dari muka bumi. Coelacant yang hidup di kegelapan goa bawah laut, tetap lestari hingga kini. Dan Indonesia sangat beruntung memiliki salah satu diantaranya.

Previous
Next Post »
Post a Comment
Thanks for your comment