Gelundung Cisarua


Desa Parigi Desa Cisarua Kecamatan Nanggung terletak di kaki Halimun, berdiri persis di sisi jalan yang naik turun. Bersama rombongan peserta International Conference on Education of Sustainable Development, kami menyusuri jalan sempit berliku menuju kampung. Hari ini kami melihat upaya pendampingan yang dilakukan teman-teman RMI (Rimbawan Muda Indonesia) mendampingi masyarakat Desa Cisarua. Dipandu dua orang guru SD Parigi, kami menyusuri kelokan-kelokan sempit. Suara gulundu berdrik-drik dari balik rumpun pisang dan anyaman bambu. Desa ini memang salah satu tempat yang mengolah bijih besi dari batu-batuan yang digali di Pongkor, salah satu lokasi penambangan emas tradisional di kawasan Halimun.

Seorang lelaki tanpa alas kaki terbenam dalam kubangan lumpur, memindahkan karung-karung berisi batu dan tanah yang mengandung emas ke dalam tabung-tabung gelundu dengan tangan kosong. Perlu 3 hingga 9 jam untuk memisahkan biji-biji emas dari batu pengikatnya. itupun tak bisa diprediksi apakah semua batu-batuan itu mengandung emas atau tidak. Tapi kilau emas pulalah yang membuat warga desa rela bekerja keras membeli berkarung-karung tanah dan batuan dari para penambang, memimpikan rejeki ratusan juta rupiah masuk ke kantong. Kegiatan pengolahan emas juga memikat juga para pemuda dan buruh tani, meninggalkan kebun-kebunnya demi rejeki emas. Demam emas dipicu dengan penambangan emas oleh PT. Aneka Tambang pada era 1990-an. Seiring dengan berjalannya waktu, para penambang rakyat mengendus peluang mendapatkan remah-remah emas dari perusahaan besar itu. Maka demam emas pun dimulai. Ratusan orang berbondong-bondong mengadu nasib, bahkan seringkali mempertaruhkan nyawa, menggali perut bumi. Desa Cisarua salah satu desa yang menangkap peluang demam emas itu untuk memisahkan biji emas dari batuan.
Suara-suara gelundung yanberderik-derik layaknya menjadi irama kehidupan desa ini. karung-karung batuan dan tanah mengandung emas bertumpuk disisi mesin. Sementara sisa air pembilas lumpur menggenang di dalam lobang-lobang galian. Airnya keruh kecoklatan. Tapi bukan hanya penampilannya yang tak sedap dipandang, bahaya lain mengintip dari balik kilau emas. Mercuri atau air raksa yang digunakan untuk mengikat biji emas membahayakan para pekerja. Uapnya bisa terhirup saluran pernapasan. Mercuri juga terlarut dalam air dan meresap dalam tanah karena kolam-kolam pembuangan tak diperkuat beton. Keengganan pekerja menggunakan masker, sepatu dan sarung tangan, memperbesar resiko terpapar bahan berbahaya ini. Tapi apa mau dikata, impian akan keuntungan menggiurkan telah membutakan orang akan bahaya yang mengancam bukan hanya bagi diri mereka sendiri tapi juga orang-orang disekitarnya. Apalagi lokasi gurundung sangat berdekatan dengan pemukiman. Bahkan jarak antar gurundung tak terlalu jauh. Sedikit demi sedikit, perlahan tapi pasti, racun raksa meresap ke bumi Cisarua, membekab korbannya yang tak mempedulikan kehadirannya, bersanding bersama impian yang meninabobokan penghuninya.
Previous
Next Post »

2 comments

Click here for comments
Achonk
admin
11:15 PM ×

enak jg klo bisa sprti kamu,,,,, AQ blogger amatir baru buat,, salam kenal.... my blog : www.satriapecundang.blogspot.com

Reply
avatar
koensetyawan
admin
7:25 PM ×

Salam kenal juga. Kok nama blognya gak optimis gitu? Hehehe

Reply
avatar
Post a Comment
Thanks for your comment