Yang tertinggal

2008 telah meninggalkan kita.

Bau kebencian dan kecurigaan menguar dari balik-balik pagar, menerobos setiap saluran udara dan mengalir kencang tanpa batas menyerang mendera indera. Kemarahan dan kegeraman dikumandangkan di mana-mana, televisi, surat kabar, bulettin hingga ke rumah ibadah sekali pun. Wajah-wajah penuh murka menghantui, memenuhi setiap ruang kosong, menguapkan udara kedamaian, merenggangkan setiap keakraban, meniupkan rasa dengki dan benci ke sela-sela pori-pori.

Tak ada lagi kotbah yang menenangkan. Yang jauh kini lebih penting daripada yang dekat. Kambing hitam kini dicari-cari untuk membayar kelemahan diri sendiri. Bahkan pembuka kata pun dipenuhi caci maki, penghambaan pada masa lalu yang semu, dan suara menggelegar yang mengancam. Emosi tak segan lagi disorongkan ke depan, berubah menjadi panglima, mengalahkan nurani, mematikan hati, menutup ruang interpretasi, membungkam logika. Nilai kebenaran dirompak dan dimonopoli, meminggirkan setiap pribadi keluar arena.

Tidak adakah lagi tempat tenteram menyejukkan kalbu? Tak adakah sapaan penuh akrab dari karib yang berbeda sekalipun? Tak adakah lagi wajah penuh senyum yang mententeramkan? Tak ada lagikah uluran tangan yang menguatkan? Tak terdengar lagikah ucapan tulus yang mengembangkan hati. Mengapa perbedaan menjadi begitu mengerikan? Inikah wajah asli kami?

Selamat tahun baru 2009….

Previous
Next Post »

1 comments:

Click here for comments
Anonymous
admin
7:05 AM ×

Apa gak salah, ini kan tahun baru 2009 ?

Congrats bro Anonymous you got PERTAMAX...! hehehehe...
Reply
avatar
Post a Comment
Thanks for your comment