Prehistoric Park: Belajar Sejarah Alam Penuh Imaji

Sumber: Animal Planet

Bayangkan anda memiliki kebun binatang dengan berbagai jenis binatang purba. Mammoth, badak wol, T. rex, microraptor dan berbagai jenis makluk yang sudah lama punah. Anda bisa melihat dan mempelajari dengan teliti setiap gerakan, desahan nafas, tarikan otot dan nyalang mata makluk-makluk yang hanya kita lihat tulang belulangnya semata. Kesan itulah yang coba ditampilkan oleh serial Prehistoric Park. Mengikuti sukses Walking with dinosaurs yang berhasil menghidupkan kembali dinosaurus-dinosaurus purba dengan tradisi Jurassic Park, Prehistoric Park menawakan sensasi tersendiri dengan menghidupkan makluk-makluk prasejarah. Beberapa diantaranya adalah temuan paling mutakhir seperti microraptor. Dinosatus terbang bersayap empat ini memang belum pernah muncul dalam film dinosaurus manapun sebelumnya. Nigel Marven pun meneruskan perannya setelah membintangi Giant Claws, Land of Giants dan Sea Monster. Film ini dibuat oleh Imposible Picture bersama-sama ITV, ProSieben, M6 dan Animal Planet dan diedarkan oleh Freemantle Media.
Sumber: Animal Planet

Dengan gaya semi dokumenter, Nigel berperan sebagai dirinya sendiri, seorang ahli binatang yang mencoba mempelajari kehidupan binatang purba dengan menangkapnya dengan mesin waktu. Cerita tentang mesin waktu memang bukan hal baru dalam dunia film. Namun yang menarik adalah bagaimana memanfaatkan media film sebagai alat untuk mempelajari kehidupan binatang yang telah lama punah. Ketika Jurassic Park meledak, Framestore CFC, sebuah perusahaan special efect dari Inggris, menangkan momen itu dan menciptakan film dinosaurusnya sendiri. Bersama BBC mereka membuat epik prasejarah: Walking With Dinosaurs. Serial yang mendapatkan penghargaan Emmy Awards ini pun diikuti oleh sekuelnya: Walking With Beast, Walking With Monster dan Walking with Caveman.

Sumber: Animal Planet

Binatang masa lalu yang dihidupkan dalam Prehistoric Park adalah buah serangkaian penelitian dari berbagai macam disiplin ilmu. Temuan dan kajian ilmiah itu digabungkan dengan animatronik (robot binatang) dan CGI untuk mendapatkan gambaran mendetail tentang binatang purba. Maka munculah adegan dramatis semacam Nigel yang dikejar badal wol dan beruang goa, atau bagaimana Nigel menjebak deinosuchus, buaya paling raksasa yang pernah hidup. Framestore yang sejak penggarapan Walking With Dinosaurs mulai naik daun dan menjelma menjadi perusahaan special effect kelas dunia (sempat mengerjakan serial Harry Potter) dan perusahaan special effect dan animasi komputer terbesar di Eropa, menggunakan software baru untuk Prehistoric Park. Mereka menggunakan BodyPaint 3D, sebuah software produksi MAXON. Software ini membantu menciptakan tekstur kulit yang lebih detail sekaligus menghemat waktu. Hasilnya: makluk-makluk prasejarah yang seolah keluar dari liang kuburnya dan hidup lagi.
Prehistorc Park terdiri atas 6 judul film: T. rex Return, A Mammoth Undertaking, Dino Birds, Saving The Sabretooth, The Bughouse dan Supercroc. Dalam T. rex Return, Nigel menyelamatkan dua anak T. rex yatim piatu. Dalam Dino Bird, Nigel menangkap Titanosaurus raksasa dan microraptor. Dalam A Mammoth Undertaking, Nigel menyelamatkan mammoth terakhir dari sergapan manusia purba. Dalam Saving The Sabretooth, Nigel membawa sepasang kucing bergigi pedang dari kelaparan. Dalam The Bughouse, Nigel mengunjungi dunia pradinosaurus yang mencekam. Dalam Supercroc, Nigel menangkap buaya raksasa pemakan dinosaurus.
Lokasi pencarian yang dijelajahi lebih beragam daripada Walking With Dinosaurs. Dalam Dino birds, Nigel mendatangi Cina masa lampau. Dalam dunia Palentology, Cina menjadi lokasi baru yang mencengangkan karena di sinilah ditemukan berbagai jenis dinosaurus baru yang belum pernah ditemukan sebelumnya. Cina menjelma menjadi surga para pemburu fosil.
Berbeda dengan Jurassic Park yang mengedepankan ketegangan dan kebuasan dinosaurus, Prehistoric Park lebih mengedepankan kehidupan binatang purba, bagaimana bereka hidup, habitatnya, makanannya, cara menangkap mangsa, iklim saat mereka hidup dan mengapa mereka punah. Taman Prasejarah memang tak nyata, tetapi ilmu pengetahuannya benar-benar nyata. Film ini bisa jadi media selingan yang menyenangkan saat kita mulai bosan dengan metode pelajaran sejarah di kelas yang cenderung kering dan kaku.
Previous
Next Post »
Post a Comment
Thanks for your comment