Ada Beruang Madu di Balikpapan

Jam menunjukkan pukul 13.00 ketika saya tepat di depan gerbang Agrowisata Balikpapan di tepi jalan raya Samarinda Balikpapan tepatnya di kilometer 23. Aneh juga karena tempat yang saya kunjungi sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan agrowisata atau sejenisnya. Setelah seorang staf datang menjemput dan mengantar ke lokasi, barulah keheranan itu terbayar. Kawasan yang saya tuju memang dulunya agrowisata. Tapi kini berubah menjadi Kawasan Wisata Pendidikan Lingkungan Hidup. Rupanya tulisan di gerbang belum lagi sempat diganti.

Memasuki kawasan Kawasan Wisata Pendidikan Lingkungan Hidup (KWPLH), sebuah patung beruang madu raksasa menyambut. Tubuhnya terbuat dari ijuk hitam. Sayang moncongnya rusak parah, memperlihatkan kawat-kawat ram yang menjadi bahan penyusunnya. Beruang madu memang maskot Kota Balikpapan. Tak heran gambar beruang madu dengan latar belakang ukiran tradisional dayak banyak tersebar di penjuru kota pelabuhan ini.



KWPLH ini dikelola Pemkot Balikpapan. Areal ini dipenuhi oleh rumah-rumah lamin (rumah tradisional dayak) lengkap dengan ukiran burung enggang, taman bunga, gazebo, kantor dan tiga kandang binatang. Kandang terbuka yang terbesar atau enklosur berisi sang maskot Balikpapan, para beruang madu. Enklosur seluas 1,3 hektar ini diberi pembatas pagar berlistrik a la “Jurassic Park” untuk mencegah para beruang keluar dari tempat hidupnya. Di dalam hutan buatan mungil ini, terdapat 5 ekor beruang madu. Sebenatnya bukan beruang liar karena kelima-nya adalah mantan beruang piaraan yang disita dari kolektor pribadi. Rupanya pihak pemkot tak hanya berminat membuat beruang menjadi maskot kota, tetapi juga ingin mengajarkan kehidupan beruang madu pada warganya. Tak heran, pihak pemkot mau bersusah payah membangun enklosur. Beruang-beruang itu dipelihara oleh para staf yang didampingi seorang pakar beruang dari Belanda, Gabriela Fredrikson. Rupanya tak seorang Indonesia-pun yang tertarik meneliti beruang madu. Selain karena mahal, beruang madu bisa susah diamati. Gaby (sapaan akrab Gabriela), hanya sempat beberapa kali memergoki obyek penelitiannya di alam liar. Sisanya, ia hanya menemukan jejak, cakaran atau kotoran saja. Tak pelak, tak banyak orang yang tahu perilaku dan kehidupan beruang madu di alam liar. Beruang inipun menjadi salah satu mamalia yang paling misterius kehidupannya.





Beruang-beruang ini memang hanya menjadi obyek pengamatan dan pengenalan satwa liar karena tak mungkin dikembalikan ke habitat aslinya. Terlalu lama tinggal bersama manusia membuat binatang bercakar panjang ini susah mandiri di alam liar. Apalagi tak gampang menemukan tempat alamiah yang cocok dijadikan rumah barunya. Maklum di Pulau Kalimantan yang konon dulu tersohor karena kelebatan hutan tropisnya, kini tak banyak hutan alami yang tersisa.





Para pengunjung dapat menyaksikan beruang-beruang dari atas boardwalk yang mengelilingi enklosur. Waktu paling gampang untuk menyaksikan para beruang setengah liar itu adalah pukul 09.00 pagi dan 15.00 sore, saat para staf memberi makan beruang. Tanda bel berbunyi dan para beruang pun yang sedari tadi tak kelihatan batang hidungnya, satu persatu nongol dari tempat persembunyiannya, mengendus-endus makanan, dan mencakar-cakar tanah dengan cakarnya yang panjang dan melengkung.









Uniknya tak cuma ada beruang─yang notabene binatang liar─yang dipelihara di KWPLH. Ada juga kandang─atau mungkin lebih tepatnya tempat penampungan─ anjing dan kucing yang sengaja dibuang atau berkeliaran di sekitar KWPLH. Kucing dan anjing itu dipelihara dalam kandang berjeruji lengkap dengan tempat bermain dan tidur. Jika tak banyak pengunjung, binatang-binatang tak bertuan ini dibiarkan berkeliaran di sekitar KWPLH. Tapi saat pengunjung ramai, mereka dimasukkan di dalam kandang. Pengunjung yang berminat, bisa mengajukan diri menjadi orang tua asuh mereka dengan mengganti biaya perawatan. Berminat?
Sebagai sebuah kawasan wisata pendidikan lingkungan, KWPLH punya potensi besar. Sayang banyak fasilitas penunjang yang belum terbangun. Menurut Satria Iman Pribadi, direktur KWPLH, mereka sedang membangun fasilitas penunjang antara lain pengolahan daur ulang sampah, arena bermain, makanan organik, pusat informasi beruang madu dan hutan hujan tropis kalimantan dan labirin terbuat dari tanaman berbentuk kepala beruang madu. Diharapkan fasilitas-fasilitas ini akan semakin menunjang peran KWPLH sebagai motor perubahan perilaku masyarakat Balikpapan untuk lebih peduli pada lingkungan hidupnya. Bravo!
Previous
Next Post »

4 comments

Click here for comments
Vega
admin
10:13 AM ×

Wah,aku belum sempat mengunjungi beruang madu. Dulu pernah nyampe di depan pintu masuknya,tp trnyata udah tutup. Akhirnya cuma foto bareng patung beruang aja,he3. Salam kenal mas!

Reply
avatar
Anonymous
admin
10:05 AM ×

Selamat pagi,
Saya senang, bahagia, serta terharu ada orang yang perduli dan salut untuk PEMKOT BALIKPAPAN yang telah memberikan dana untuk membangun KWPLH sebagai sarana untuk warga kota mengetahui maskot kota Balikpapan Beruang Madu, bisa dilihat langsung. Semoga kerja ini mendapatkan berkah untuk kita dan bermaafaat untuk anak cucu warga Balipapan kota Tercinta. Salam hangat,,,,,dari Firdaus Yamani - www.borneo-discovery.com

Reply
avatar
Unknown
admin
10:32 PM ×

Mas, apa boleh juga fotonya disumbangkan ke http://www.facebook.com/pages/Kawasan-Wisata-Pendidikan-Lingkungan-Hidup-Balikpapan/134327536614879

Terima kasih,
Gigih Wahyudi
Staff PLH

Reply
avatar
koensetyawan
admin
10:21 AM ×

Wah tentu saja, silakan dipakai fotonya. Insya Allah Februari ada pelatihan di Samarinda. Saya usahakan mampir di KWPLH. Terima kasih.

Reply
avatar
Post a Comment
Thanks for your comment