Ketemu Winnie the Pooh di Samboja


Namanya Herda. Umurnya baru satu tahun. Dengan tubuh mungil, rambut hitam kelam dan wajah lucu, Herda tak jauh beda dengan Winnie The Pooh. Hanya nasib yang membedakan keduanya. Herda mungkin tak punya masa depan yang cerah. Ia terancam menghabiskan sisa hidupnya di kandang atau enklosur seluas 58 hektar di Pusat Rehabilitasi Orangutan Samboja Lestari, Kalimantan Timur.Di dalam kandangnya yang sempit, Herda mondar-mandir dan menatap dengan rasa ingin tahu kepada setiap orang yang mendekatinya. “Dulunya beruang ini dipelihara orang, tapi belakangan diserahkan ke sini. Saat ini, ia beruang terkecil di sini,” ujar Winda, staf Pusat Rehabilitasi Orangutan Samboja Lestari. Sepupu Herda lainnya, berada di dalam kandang atau berkeliaran di enklosurnya yang luas. Nasibnya juga tak berbeda jauh dengan Herda. Beberapa ekor yang beruntung bisa menempati rumah barunya di hutan. Sebagian besar, terancam menjadi penghuni tetap Pusat Rehabilitasi Orangutan Samboja Lestari. Apalagi buat seekor beruang yang kehilangan satu kakinya. Beruang buntung tak mungkin bertahan hidup di alam liar.Beruang sebenarnya binatang soliter. Tapi karena bukan benar-benar liar, beruang-beruang itu mau saja dikumpulkan bersama. Selain enklosur, suaka beruang juga dipenuhi dengan beberapa kandang karantina bagi beruang yang baru datang. Banyaknya beruang di suaka ini menunjukkan ternyata masih banyak orang yang memelihara beruang liar. Padahal beruang terkecil di dunia ini termasuk satwa dilindungi. “Semua beruang ini berasal dari sitaan BKSDA dan titipan masyarakat melalui Pemprov Kaltim,” ucap Winda menerangkan. Entah berapa ekor lagi yang masih berada di kandang jeruji di rumah-rumah pribadi. Nasib beruang memang tak seberuntung penghuni utama Pusat Rehabilitasi Orangutan Samboja Lestari. Meskipun nasibnya juga mengenaskan, orangutan lebih beruntung karena peluang kembali ke alam liar lebih besar daripada beruang. Apalagi kemampuan belajar untuk menjadi liar orangutan lebih jempolan. Tapi dengan semakin cepatnya laju kerusakan hutan, nasib kera besar ini pun akan sama muramnya dengan beruang madu. Tanpa tindakan nyata mengerem laju kerusakan hutan kalimantan, di masa mendatang mungkin Pusat Rehabilitasi seperti Samboja Lestari menjadi rumah terakhir bagi orangutan dan beruang madu.
Previous
Next Post »

1 comments:

Click here for comments
Anonymous
admin
10:10 AM ×

paman koen,

beruang madunya kasian banget, pasti lapar dan haus, terus pasti bosen di kandang terus dan ga pernah bermain diantara hijau dedaunan, kokohnya pepohonan dan jernihnya air sungai.

Mengapa ini terus terjadi yach? padahal mereka udah dilindungi. kenapa beruang madu tidak bisa bikin senjata ampuh buat pertahanan diri yach?

uuugh, jadi sebel yach sama yang mengkandangkan beruang madu itu, moga aja beruangnya akan baik baik saja sampai ahir waktunya tiba.

paman koen, blognya bagus, liana banyak liburnya jadi ga ngisi ngisi webnya, hihihi.

salam paling manis buat uncle koen.

bye,

love,

Liana Indonesia

Congrats bro Anonymous you got PERTAMAX...! hehehehe...
Reply
avatar
Post a Comment
Thanks for your comment