SUSAHNYA MENGEMBANGBIAKAN BADAK SUMATERA



Untuk ketiga kalinya, seekor badak sumatera jantan berhasil dilahirkan di Kebun Binatang Cincinati pada tanggal 29 April 2007. Tentu saja ini sebuah keberhasilan bagi usaha pelestarian badak sumatera mengingat badak sumatera dikenal sulit dikembangbiakan di habitat buatan. Badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) adalah jenis badak terkecil di dunia. Binatang langka ini hanya tersisa sekitar 300 ekor di habitat alaminya di hutan-hutan Sumatera, Semenanjung Malaya dan sebagian Kalimantan. Populasinya semakin menyusut seiring dengan semakin menyusutnya habitat aslinya karena kebakaran hutan, illegal logging, dan perburuan liar. Badak sumatera adalah spesies badak terlangka kedua di dunia setelah badak jawa. Di seluruh dunia terdapat lima spesies badak: badak hitam afrika, badak putih afrika, badak india, badak jawa dan badak sumatera. Indonesia beruntung memiliki dua spesies badak, kendati kondisinya mengenaskan.
Bayi badak ketiga yang diberi nama Harapan ini, merupakan anak pasangan Emi dan Ipuh. Keduanya berasal dari Sumatera yang merupakan bagian dalam program kerjasama pelestarian badak sumatera. Harapan adalah anak ketiga yang dilahirkan oleh Emi. Anak pertamanya yang diberi nama Andalas dilahirkan pada tahun 2001 dan kini telah dikembalikan ke Sumatran Rhino Sanctuary (SRS) di Taman Nasional Way Kambas, Lampung. Anak keduanya yang berjenis kelamin betina, Suci, dilahirkan pada tahun 2004 dan kini tinggal bersama kedua induknya di Kebun Binatang Cincinati.
Emi dan Ipuh adalah bagian dari empat puluh ekor badak sumatera yang ditangkap di hutan-hutan Malaysia dan Indonesia sebagai bagian program penangkaran badak sumatera pada tahun 1984. Badak-badak itu dikirim ke kebun-kebun binatang dan taman safari di Malaysia, Indonesia dan Amerika Serikat. Syangnya keberhasilan pennagkapan badak tak menjamin keberlangsungan perkembangbiakannya. Dengan cepat beberapa ekor badak mengalami kematian hingga tinggal 24 ekor. Belakangan diketahui kondisi badak-badak saat ditangkap juga memprihatinkan. Sebagian badak mengalami luka akibat jebakan. Belakangan di dalam paru-paru badak tangakapan yang mati, ditemukan sebutir peluru. Tiga ekor badak sumatera yang dikirim ke Kebun Binatang San Diego segera mati. Dua ekor diantaranya mati empat hari setelah mendarat. Kebutuhan makanan badak sumatera juga tak banyak dikenal. Begitu tiba di Cincinnati, Ipuh kehilangan berat hingga beberapa ratus pon karena tak mau makan. Barulah setelah staf kebun binatang memberinya makanan daun ara segar, tanaman sejenis beringin-beringinan, badak jantan itu mau makan dan beratnya kembali normal. Daun-daun ara itu harus diterbangkan dari California dan Florida dengan biaya 100.000 Dollar Amerika per tahun.

Suplemen Progesteron
Keberhasilan pengembangbiakan badak sumatera di Kebun Binatang Cincinati layak diacungi jempol karena selama bertahun-tahun para ilmuwan di Indonesia, Malaysia dan Amerika Serikat gagal melakukannya. Sebagai catatan, badak sumatera terakhir yang lahir di kebun binatang adalah badak koleksi Kebun Binatang Kalkuta, India yang lahir pada tahun 1889. berarti para ilmuwan harus menunggu selama 112 tahun untuk menyaksikan kelahiran badak sumatera. Emi kini menjadi induk badak sumatera paling produktif karena berhasil melahirkan 3 ekor bayi badak.
Awalnya, bukan Emi yang dipilih sebagai induk pilihan. Seekor badak betina bernama Rapunzel lah yang menjadi pilihan utama. Namun karena kondisinya kurang baik, pilihan jatuh kepada Emi yang lebih muda usianya. Emi kemudian dipasangkan dengan Ipuh. Kebun Binatang Cincinnati memulai berusaha keras membiakkan badak sumatera sejak pada Bulan Februari 1997 saat Terry Roth menjadi direktur Center for Research and Endangered Wildife (CREW).
Menangkarkan badak sumatera lebih sulit daripada badak-badak lainnya karena kehidupan badak sumatera tak banyak diketahui. Penelitian selama bertahun-tahun akhirnya menemukan keunikan badak ini dibandingkan badak-badak lainnya. Berbeda dengan jenis badak lainnya, badak betina yang sedang birahi, tak menunjukkan perubahan perlaku yang jelas. Jika seekor badak betina yang tidak siap kawin dikumpulkan bersama dengan seekor badak jantan, badak menjadi agresif yang bisa menimbulkan luka serius. Untuk mengetahui kondisi reproduksinya, staf kebun binatang menggunakan pemeriksaan utrasound dan mengambil sampel darah untuk menganalisis hormonnya.
Para ahli memonitor folikel Emi. Ketika mencapai ukuran tertentu, ovulasi akan terjadi. Folikel akan melepaskan telur-telur untuk dibuahi. Namun pada kenyataannya, folikel Emi tetap tumbuh tanpa pernah melepaskan telur-telurnya. Ternyata belakangan diketahui bahwa badak baru berovulasi segera setelah kawin. “Emi tak berovulasi karena kita tak mengawinkannya. Badak sumatera tidak hidup berkelompok. Mereka binatang soliter. Tak ada alasan untuk berovulasi jika tak ada kontak dengan badak jantan”, ujar Terry Roth seperti dikutip di dalam situs DISCOVER. Dengan kata lain, beberapa tanda dalam perilaku kawin badak akan memicu pelepasan telur pada badak betina. Penemuan ini mengejutkan karena spesies badak lainnya berovulasi secara spontan ketika bertemu dengan badak jantan. Temuan yang tak terduga inilah yang akhirnya menjadi kunci bagi pengembangan mengembangbiakkan badak sumatera di penangkaran secara aman dan dapat diandalkan.
Pada Bulan September 1997, untuk pertama kalinya Emi mengandung untuk pertama kalinya. Sayangnya pada hari ke-42, bayinya tak terdeteksi. Beberapa kali kejadian itu berulang hingga pada tahun 2000, tim CREW atas saran para ahil dalam pertemuan di Malaysia dan Indonesia, memutuskan memberikan suplemen progesterone pada Emi. Progestron adalah hormon betina yang membantu mengontrol perkembangan dinding uterus. Hormon serupa pernah digunakan pada badak hitam afrika dan manusia. Ternyata percobaan itu berhasil. Ketika Emi hamil untuk yang ke-enam kalinya, ia diberi suplemen progesteron setiap hari dimulai dari hari ke-16 hingga hari ke-465 kehamilannya. Kehamilannya terus dimonitor dengan ultrasound dan analisis hormon hingga Emi berhasil melahirkan seekor bayi badak jantan pada hari ke-467.
Para ahli berharap kesuksesan ini bisa berlanjut di Suaka Sungai Dusun, Malaysia dan Lampung, Indonesia. Sayangnya menurut Marchellus Adi, Site Manager Sumatran Rhino Sanctuary (SRS) di TN. Way Kambas Lampung, kualitas sperma pejantanlah yang menjadi kendala pembiakan badak si SRS. Sebelum kedatangan Andalas, hanya ada satu badak jantan di SRS. Badak jantan yang bernama Torgamba itu kualitas spermanya sudah jauh menurun untuk menghasilkan keturunan yang baik. Masih menurut Marchel, tubuh Torgamba juga terlalu pendek sehingga kesulitan naik ke punggung badak betina pasangannya. Kedatangan Andalas yang lebih muda dan segar diharapkan memberikan secercah harapan untuk menghasilkan keturunan badak sumatera di negeri sendiri. Namun bagaimanapun juga, kunci dari keberhasilan pelestarian badak adalah penyelamatan habitatnya. “Kami tak menggunakan teknologi sebagai cara untuk menyelamatkan spesies yang terancam punah tanpa melakukan penyelamatan habitat,” ujar Terry Roth. “Jika kita dapat menyelamatkan spesies hingga kondisi habitatnya pulih dan kita bisa mengembalikannya lagi ke alam liar, maka kita harus berusaha keras memakai berbagai cara yang kita kenal untuk melakukannya”, lanjutnya. Semoga kelahiran Harapan menumbuhkan harapan baru bagi pelestarian badak sumatera di habitat aslinya.
Previous
Next Post »
Post a Comment
Thanks for your comment