Ada Singa di India


Singa india atau singa asia (Panthera leo persica) punya peranan besar dalam simbol dan dongeng di India selama lebih dari 2000 tahun lamanya. Dalam masyarakat India kuno, seseorang diakui sebagai pemimpin sejati jika telah berkelahi dengan seekor singa. Kulit singa dianggap sebagi simbol keperkasaan. Ajaran Hindhu mengenal Narashinga, manusia setengah singa yang merupakan penjelmaan Dewa Whisnu. Banyak patung-patung singa ditemukan di Mahabalipuram. Tapi pemakaian singa sebagai simbol kekuatan dan kekuasaan yang paling menonjol dilakukan oleh Kaisar Asoka dari Samath pada 2000 tahun yang lalu. Hingga kini, singa masih dipakai sebagai simbol nasional Republik India.

Ironisnya singa yang dikagumi itu, malahan diburu hingga punah sampai hanya tersisa di hutan Gir di Saurashtra, Gujarad, di pantai Barat India. Tapi justru di daerah inilah perlindungan singa india dimulai. Ceritanya, pada awal abad ke-20, hutan Gir mengalami kemarau panjang. Singa-singa yang kelaparan mulai memangsa manusia di daerah sekitarnya. Akibatnya, singa-singa itu diburu habis-habisan. Pada tahun 1910, hanya sekitar 100 ekor singa yang tersisa. Untunglah raja Nawab dari Junagath, buru-buru melindunginya. Setelah kemerdekaan India pada tahun 1947, perlindungan singa ini tetap diteruskan. Singa-singa pun telah berkembang hingga 200 ekor.

Pada tahun 1965, Hutan Gir diresmikan sebagai daerah perlindungan. Wilayahnya diperluas hingga 1153 kilometer persegi pada tahun 1974. Setahun kemudian, pemerintah mendirikan Taman Nasional Gir seluas 259 kilometer persegi. Gabungan keduanya, dikenal sebagai Daerah Suaka Gir (Gir Protected Area). Daerah seluas 1000 meter persegi itu, terdiri atas hutan semak-semak kering, sungai, bukit dan hutan jati.

Lebih kecil

Meskipun merupakan anak jenis singa afrika, singa asia nyaris serupa dengan sepupunya di Afrika itu. Ciri paling menonjol yang tidak dimiliki singa afrika adalah lipatan kulit yang membujur di sepanjang perutnya. Rambut-rambut mata dan ekornya lebih panjang daripada sepupu afrikanya. Surainya juga lebih pendek, sehingga telinganya kelihatan mencuat keluar. Mereka juga bertubuh lebih mungil. Singa jantan beratnya hanya 160 hingga 190 kilogram, sedangkan betinanya dapat mencapai berat 120 kilogram. Penelitian genetis menunjukkan bahwa singa asia terpisah dari singa afrika sejak 100.000 tahun yang lalu.

Di luar perbedaan itu, kehidupan singa india, nyaris serupa dengan singa lainnya. Mereka hidup dalam kelompok kecil. Berbeda dengan sepupunya di afrika, singa jantan jarang terlibat dalam kelompok ini. Singa jantan asia memang lebih soliter daripada sepupunya di Afrika. Mereka baru datang saat musim kawin atau jika ada mangsa yang kelewat besar. Perbedaan ini mungkin disebabkan binatang buruan yang hidup di Hutan Gir memang lebih kecil. Perbedaan mangsa pula yang mengakibatkan singa asia memperkecil kelompoknya. Sebagai perbandingan, dalam sebuah kelompok singa afrika, rata-rata ada 4 sampai 6 ekor singa betina. Jumlah singa betina india dalam satu kelompok jauh lebih kecil, hanya sekitar 2 sampai 4 ekor.

Geng kecil ini berburu chital (sejenis kijang) dan rusa sambar. Kadang-kadang mereka mau juga mencicipi binatang ternak. Memang bukan kesalahan singa semata. Suaka singa Gir, berbatasan dengan dua perkampungan penduduk. Pertama adalah desa di sekitar hutan dan kedua adalah pekampungan penggembala Maldharis. Populasinya mencapai 2200 jiwa yang tersebar dalam 70 buah dusun. Penduduk ini sering menggambalakan kerbau, sapi dan ontanya di perbatasan suaka. Ada sekitar 14000 ternak yang hidup di sana. Cukup untuk membuat singa-singa ngiler melihatnya.

Situasi ini, tentu saja menyulitkan perlindungan singa. Satu serangan singa saja pada seekor binatang ternak, sudah cukup menjadi alasan bagi penduduk untuk membunuhnya. Bahkan penduduk banyak yang memasang pagar yang dialiri listrik untuk melindungi tanamannya dari serangan binatang dari Hutan Gir. Padahal pemasangan kereta api tertutup bagi kendaraan setelah matahari terbenam. Para petugas juga membuka hutan jati baru untuk habitat singa. Usaha ini dibarengi dengan menciptakan koridor bagi habitat tersebut. Habitat baru tersebut dapat diisi dengan singa-singa yang ditangkap dari habitat awalnya.


Bisa hidup sampai 21 tahun

Singa asia bisa hidup hingga 16 tahun. Singa Asia betina mulai siap kawin pada umur 3 sampai 4 tahun. Jantannya butuh waktu lebih lama lagi. Mereka baru mulai birahi pada umur 5 sampai 8 tahun. Singa betina dapat melahirkan hingga 5 ekor anak. Tapi sepertiganya biasanya mati pada tahun pertama. Sisanya yang bisa mencapai umur dewasa, mati sepuluh persennya. pagar listrik di sekitar taman nasional, dilarang kecuali ada izin khusus. Tercatat dua ekor singa mati tersengat aliran listrik pada bulan Juni 1999. “Siapa saja akan mati jika terkena aliran listrik itu. Bahkan manusia pun pernah menjadi korban”, ujar K.S Randhawa, seorang jagawana, seperti ditulis oleh harian Indian Express. Kematian itu sempat disembunyikan. Para peternak dan petani sempat mengubur dua ekor singa itu. Petugas baru mengetahuinya setelah beberapa petani melaporkannya.

Masalah lainnya masih ada. Suaka ini tidak benar-benar tertutup. Di dalam suaka terdapat tiga jalan raya dan sebuah jalur rel kereta api sepanjang 10 kilometer yang dilewati kereta api tenaga uap, enam kali dalam sehari. Di dalam kawasan suaka juga ada empat buah candi, masing-masing di Kankai, Baneji, Patla Mahadev dan Tulshishyam, yang dikunjungi 80.000 pengunjung setiap tahun. Bisa dibayangkan betapa sulitnya menyelamatkan singa asia dalam kawasan terbuka seperti ini. Apalagi jumlah petugas yang hanya 300 orang itu, belum memadai untuk menjaga kawasan seluas itu. Lagi pula pada musim kering, kawasan itu cukup gersang sehingga singa-singa terpaksa mencari air sampai ke perkampungan penduduk.

Menurut pihak departemen kehutanan Gir, pengelola kawasan itu, ada dua cara yang dapat ditempuh untuk mengatasi gangguan terhadap populasi singa. Pertama adalah relokasi penduduk. Penduduk di dalam kawasan dipindahkan keluar kawasan. Tapi cara ini dianggap kurang tepat karena tidak populer dan sangat sensitif. Para penduduk memiliki sejarah budaya yang panjang dengan singa-singa itu. Cara kedua adalah membiarkan penduduk tetap di dalam kawasan dengan menekan konflik seminim mungkin. Pengelolaan dilakukan dengan mengikutsertakan penduduk. Pengelola kawasan akan mengganti ternak yang dimakan singa. Jalan dan jalur kereta api tertutup bagi kendaraan setelah matahari terbenam. Para petugas juga membuka hutan jati baru untuk habitat singa. Usaha ini dibarengi dengan menciptakan koridor bagi habitat tersebut. Habitat baru tersebut dapat diisi dengan singa-singa yang ditangkap dari habitat awalnya.


Nyaris punah

Singa pernah hidup dari Yunani Selatan hingga Asia Barat Daya sampai ke India Tengah. Herodothus dan Aristoteles pernah membuat tulisan tentang kehidupan singa di Balkan pada tahun pertengahan millenium pertama. Ketika Kaisar Persia, Xerxes, melaklukkan Macedonia pada tahun 480, beberapa onta pembawa bebannya dibunuh oleh singa. Singa masih ditemukan hingga abad ke-10 di Azerbaijan. Perubahan lingkungan dan penambahan jumlah penduduk telah mengancurkan Hutan Juniper dan Pistachio, sekaligus memusnahkan penghuninya. Singa mulai punah dari Eropa Timur pada sekitar tahun 100 masehi. Di sekitar masa perang salib, singa punah di Palestina. Singa-singa lainnya masih berkeliaran hingga penemuan senjata api pada tahun 1800-an.

Kepunahan singa juga terjadi di Afrika. Singa maroko lenyap dari daerah pantai pada tahun 1800-an, tapi masih bertahan di Pegunungan Atlas hingga tahun 1940. Pada tahun 1893, singa aljazair terakhir dibunuh di dekat kota Batna. Dua tahun sebelumnya, sepupunya punah terakhir kali dari bumi Tunisia. Singa yang masih tersisa kini jumlahnya sekitar 50.000 ekor yang tersebar di Afrika Timur. Semuanya terdiri dari empat subspesies, yaitu singa angola, singa senegal, singa masai dan singa transvaal. Dua subspesies lainnya, singa tanjung dan singa barbary, sudah lama punah.

Singa asia ikut-ikutan menemui nasib sial. Singa Turki terakhir ditembak pada tahun 1870 di dekat Birecik. Singa Iran dan Irak terakhir terlihat pada tahun 1918 dan 1924. Singa Pakistan yang Penghabisan dibunuh di dekat Kot Deji, Propinsi Sind pada tahun 1810.Catatan terakhir tentang singa di India Selatan didapat pada tahun 1847-1846 di Rhyl di distrik Damoh, di dekat Sungai Narmada.

Previous
Next Post »
Post a Comment
Thanks for your comment