Dalam Komik Tintin di Tibet, Tintin berpetualang ke Himalaya dan mengunjungi atap dunia untuk menyelamatkan sahabatnya, Chang. Pesawat yang ditumpangi Chang mengalami kecelakaan. Chang ternyata diselamatkan Yeti, primata berambut tebal yang menjadi mitos di kalangan penghuni pegunungan tertinggi di dunia itu.
Mitos tentang makluk mirip kera dan manusia ini sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Di berbagai belahan dunia makluk ini dikenal dengan banyak nama, Yeren, bigfoot, sasquatch, ngui rung, orang pendek dan batutut. Ratusan orang mengaku masih menjumpainya di hutan-hutan atau daerah-daerah terpencil. Seringkali digambarkan berjalan tegak seperti manusia dengan wajah mirip kera dan rambut panjang. Grover Kranz, seorang palaeoanthropolog dari Amerika Serikat percaya semua kepercayaan itu bermula dari Gigantopithecus, primata terbesar yang tulang belulangnya ditemukan pertama kali oleh Gustav von Koenigswald di Cina. Tidak seperti kebanyakan orang yang menganggap makluk berambut misterius itu sebagai keturunan Austrolophitecus, Homo erectus atau Neanderthal , Kranz justru yakin dengan teorinya sendiri Bigfoot-Giganto Theory. Menurutnya makluk-makluk itu sebenarnya keturunan terakhir dari Gigantopithecus yang berhasil selamat hingga masa modern. Teorinya menyatakan penampilan giganto tak jauh berbeda dengan bigfoot, yaitu berjalan dengan dua kakinya. Pendapatnya bertabrakan dengan para ilmuwan yang percaya giganto tak ubahnya mirip primata raksasa yang berjalan dengan keempat kakinya. Maklumlah, binatang purba ini termasuk ponginae. Sepupu terdekatnya yang masih bisa kita jumpai adalah orangutan. Mungkin giganto lebih mirip orangutan raksasa yang benyak berkeliaran di bawah pohon.
Novel giganto menampilkan tokoh kera raksasa, Gigantopithecus, sebagai misteri masa lalu berdasarkan temuan-temuan ilmuwan terkini lengkap dengan adonan bumbu petualangan dan persahabat dua makluk yang berbeda spesies dan waktu. Baca petualangannya dan nikmati sensasinya.
Mitos tentang makluk mirip kera dan manusia ini sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Di berbagai belahan dunia makluk ini dikenal dengan banyak nama, Yeren, bigfoot, sasquatch, ngui rung, orang pendek dan batutut. Ratusan orang mengaku masih menjumpainya di hutan-hutan atau daerah-daerah terpencil. Seringkali digambarkan berjalan tegak seperti manusia dengan wajah mirip kera dan rambut panjang. Grover Kranz, seorang palaeoanthropolog dari Amerika Serikat percaya semua kepercayaan itu bermula dari Gigantopithecus, primata terbesar yang tulang belulangnya ditemukan pertama kali oleh Gustav von Koenigswald di Cina. Tidak seperti kebanyakan orang yang menganggap makluk berambut misterius itu sebagai keturunan Austrolophitecus, Homo erectus atau Neanderthal , Kranz justru yakin dengan teorinya sendiri Bigfoot-Giganto Theory. Menurutnya makluk-makluk itu sebenarnya keturunan terakhir dari Gigantopithecus yang berhasil selamat hingga masa modern. Teorinya menyatakan penampilan giganto tak jauh berbeda dengan bigfoot, yaitu berjalan dengan dua kakinya. Pendapatnya bertabrakan dengan para ilmuwan yang percaya giganto tak ubahnya mirip primata raksasa yang berjalan dengan keempat kakinya. Maklumlah, binatang purba ini termasuk ponginae. Sepupu terdekatnya yang masih bisa kita jumpai adalah orangutan. Mungkin giganto lebih mirip orangutan raksasa yang benyak berkeliaran di bawah pohon.
Novel giganto menampilkan tokoh kera raksasa, Gigantopithecus, sebagai misteri masa lalu berdasarkan temuan-temuan ilmuwan terkini lengkap dengan adonan bumbu petualangan dan persahabat dua makluk yang berbeda spesies dan waktu. Baca petualangannya dan nikmati sensasinya.
5 comments
Click here for commentsMenarik sekali Mas blognya. Aku jadi punya bahan lagi untuk membuat tulisan di Wiki ID tentang Tintin di Tibet ini...
ReplySuwun ya Mas
Sami-sami. Semoga tulisan ini bermanfaat
Replygiganto oh.... mantap!
Replysalut dengan mas Koen!
giganto oh.... mantap!
Replysalut dengan mas Koen!
Terima kasih ya
Reply