Malang Kembali

Malang Kembali, Seribu aksi, satu aksi. Demikian tulisan terpampang di salah satu sudut Jalan Ijen, Malang. Selama 3 hari, dari tanggal 23 hingga 25 Mei 2008, sepanjang buelevard-nya kota Malang itu tertutup bagi kendaraan bermotor. Dari pagi hingga jam 12 malam, hanya pejalan kaki yang diperkenankan melalui jalan peninggalan desain kolonial belanda itu. Pemkab Malang berusaha mengembalikan romantika Malang Tempo Doeloe yang belum pengap oleh asap kendaraan bermotor.
Malang kembali atau “Malang tempo Doeloe” (ingat penggunaan ejaan lama yang sengaja dipakai untuk memunculkan kesan retro) terhitung sudah 3 kali diselenggaraan bersamaan dengan peringatan ulang tahun malang. Kali ini penyelenggara mencoba menarik jejak sejarah jauh ke belakang ke masa kejayaan Kerajaan Kanyuruhan, Singasari dan Majapahit. Malang memang dikenal memiliki banyak peninggalan sejarah kuno. Terlepas kenyataan bahwa banyak peninggalan itu yang banyak tak terpelihara dengan baik, momen ini dipakai untuk mengingat betapa sejarah Malang sendiri sudah demikian tua. Sejarah para-kolonial itu kemudian diramu dengan sejarah kolonial dan awal kemerdekaan. Maka diusunglah berbagai pernak-pernik benda-benda antik yang selama ini nyaris tak pernah dipertontonkan. Gubuk-gubuk dari rumbia dan anyaman bambu dipenuhi radio-radio antik, buku, mesin cetak kuno, perangko hingga poster film dari zaman bahulea. Tak ketinggalan juga benda-benda budaya dan suvenir bertema tradisional menghiasi sepanjang jalan ijen. Dari miniatur pertunjukan wayang, topeng, gamelan, kaos dan lukisan. Berbagai aksi sederhana namun langka seperti pembuatan gulali dan pembuatan benda-benda tajam secara sederhana turut menyedot perhatian pengunjung.
Jalan-jalan dipenuhi orang-orang berlalu lalang dengan seragam Heiho, KNIL, pejuang 45 dan pakaian mode tempo dulu lainnya lengkap dengan asesoris mobil dan sepeda motor kuno hingga sepeda onthel (sepeda kayuh) besar. Panggung-panggung mempertontonkan kesenian tradisional seperti ketoprak, wayang kulit, wayang beber, ludruk dan keroncong. Pokoknya ini benar-benar pesta rakyat. Malang Kembali menjadi kalender tahunan Pemkab Malang. Sayang tak banyak turis asing yang hadir. Padahal saat ini sedang diselenggarakan Visit Indonesia Year. Tahun depan promosinya seharusnya harus lebih gencar.
Profil pemerintahan Malang zaman bahulea

Poster film tempo doeloe. Filmnya Tarzan

Mejeng di depan penjual Souvenir

Liat diorama wayang kulit

Ndalang di depan gambar candi singosari
Previous
Next Post »

2 comments

Click here for comments
Anonymous
admin
1:01 PM ×

Jadi pingin makan bakwan malang di Malang... Mana nih oleh2nya?

Reply
avatar
koensetyawan
admin
2:50 PM ×

Udah habis ha...ha...ha. Ntar aja ya kalau ke Malang lagi

Reply
avatar
Post a Comment
Thanks for your comment