Ramadhan

Ramadhan datang kembali dengan aktivitas-aktivitas rohani, tawarih, tadarus, dengan acara-acara televisi yang sama dengan tahun kemarin, dengan kotbah-kotbah yang sama, klise-klise yang sama. Mengapa setiap tahun Ramadhan datang dan pergi tanpa perubahan berarti? Ramadhan tak lagi menjadi ajang perbaikan diri. Korupsi masih meraja-lela, kejahatan di mana-mana, orang miskin masih digusur ke pingiran kota, orang-orang terusir dari tanahnya oleh kecelakaan lumpur panas, pasar-pasar tradisional dibiarkan bertarung dengan pusat pertokoan modern, pengangguran, PKL masih dirazia, hutan dijarah dan penduduk lokal dilarang memanfaatkan hasil hutan. Mengapa semuanya tak berubah?
Orang-orang bicara panjang lebar sepanjang Ramadhan dengan jubah kebesarannya. Bicara tentang moral, surga dan dunia, Pahala dan azab, benar dan salah, setan dan malaikat. Iming-iming yang dikumandangkan terus-menerus tentang pahala yang akan kita terima jika melakukan ibadah. Tapi dimana nurani itu? Mengapa Ramadhan tak membuat kita yakin bahwa sadaqoh bukan hanya kewajiban agar terbebas dari do'a, tapi lebih pada kepedulian kita terhadap sesama yang lebih lemah. Mengapa zakat tak membuat kita peduli dengan penderitaan sesama? Di kota-kota bahkan para pengemis, gelandangan dan tuna wisma malah ditangkapi dengan dalih mengganggu kesucian Bulan Ramadhan. Kita lebih suka acara bazar, tabligh akbar, belanja, memperindah masjid dan surau daripada memikirkan orang-orang yang tak seberuntung kita. Bagaimana kita bisa bersujud di hadapan Tuhan dengan khusyuk jika hati kita membeku terhadap kemiskinan, ketidakadilan dan perampasan hak? Baju-baju itu, sajadah-sajadah itu, sorban-sorban itu, tak bisa membasuh hati kita jika kita selalu berpaling dari sesama. Pura-pura beribadah dengan topeng-topeng suci sudah bukan zamannya lagi.
Haruskah Ramadhan tahun depan juga tak ada bedanya?
Selamat menjalankan Puasa Ramadhan!
Previous
Next Post »
Post a Comment
Thanks for your comment