Children Book, potensi baru

Nggak banyak yang tahu kalau buku anak-anak punya peluang yang besar. Apalagi dengan munculnya kegairahan baru pernerbit untuk menerbitkan tulisan-tulisan penulis lokal. Kegairahan ini bisa dilihat dari banyaknya judul buku yang terbit. Yang terasa sekali adalah munculnya novelis-novelis muda Indonesia seperti Dewi Lestari, Ayu Utami, Vira Basuki dan lain-lain. Tapi sekali lagi, tak banyak yang tahu kalau kegairahan itu juga menular ke penerbitan buku anak. Seperti yang saya rasakan sendiri, kini para penerbit buku anak termasuk Kelompok Gramedia berlomba bereksperimen mengundang para penulis untuk menuliskan buku-buku bermutu bermuatan lokal yang kian hari kian langka seiring dengan serbuan buku-buku saduran. Bahkan penerbit Erlangga, yang selama ini dikenal sebagai penerbit buku-buku pelajaran, membuat divisi buku anak (Erlangga for Kids).
Meskipun cetakan untuk setiap judulnya masih terbatas (hanya sekitar 3000 kopi per judul. Bandingkan dengan cetakan novel yang biasanya 10.000 kopi), tetapi peluang ini masih besar. Sayangnya nggak banyak penulis yang tahu dan memanfaatkannya. Walhasil hanya sedikit penulis yang menangkap peluang ini. Tetapi kelihatannya kelangkaan penulisan buku anak ini juga karena banyak orang yang menganggap segala hal yang berkaitan dengan anak-anak berkonotasi nggak serius. Penghargaan terhadap penulis juga rada kecil di tanah air. Padahal di luar negeri, para penulis sangat dihargai. Masih ingat kesuksesan J.K. Rowling (Harry Potter) atau Roland Dahl (Charlie and the Chocolate Factory) yang nota bene penulis buku anak? Anehnya penulis dari luar segera mendapat apresiasi tinggi di negeri kita begitu bukunya laku di luar negeri. Apakah ini salah satu bentuk budaya membebek ya? Btw menulis buku anak ternyata juga butuh riset dan keseriusan. Nggak sesantai yang dibayangkan selama ini. dan banyak keasyikan lainnya yang hanya bisa dirasakan penulisnya. Mau coba?
Previous
Next Post »
Post a Comment
Thanks for your comment