Awan tipis mulai tersingkap, mempertontonkan daratan dibatasi lautan luas yang biru. Diantara kehijauan pepohonan, tanah telanjang kecoklatan dipenuhi bopeng-bopeng. Lobang-lobang besar terisi air berwarna putih dan kehijauan. Sungai yang meliuk-liuk diantara kelebatan pepohonan, bermuara di laut, menyemburkan semburat air berwarna kecoklatan. Sangat kontras dengan air laut yang jernih membiru. Selamat datang di Pulau
Suka tidak suka, inilah kesan pertama saat mendarat di Bangka. Bopeng-bopeng itu adalah lobang-lobang bekas galian tambang timah. Bekas galian itu belum lagi ditutup. Dan mungkin tak pernah akan ditutup karena biaya rehabilitasi yang dianggap terlalu mahal. Cairan berwarna putih menandakan lobang yang tak begitu dalam alias bekas TI (tambang inkonvensional) atau tambang rakyat. Sedangkan cairan yang berwarna hijau menunjukkan kedalaman lobang yang hanya bisa dilakukan oleh perusahaan tambang. Sedangkan semburat coklat di mulut sungai adalah kandungan sedimen yang terbawa air sungai saat tambang mulai dibuka. Inilah wajah Bangka yang penuh ironi. Kaya tapi penuh persoalan. Pertambangan menghasilkan pendapatan berlimpah, termasuk pertambangan rakyat. Tetapi tambang juga menyisakan persoalan lingkungan yang serius. Lobang-lobang menganga berisi air yang sangat berbahaya, polusi air dan pengeruhan air sungai.
Bangka dan