“Selamat
datang di Niigata ”, ujar Amin, seorang pria Palestina dengan
bahasa Inggris yang lancar. Amin sudah lama tinggal di Jepang dan menguasai bahasa
Inggris dan Jepang sama baiknya. Maklum, sebelumnya dia bekerja di project JICA
di negara asalnya. Pagi itu dia dan Kazue Kasahara, keduanya staf ACAP (Asia
Center for Air Pollution Research), menjemput kedatangan kami di Stasiun
Niigata, Prefektur Niigata.
Kami baru saja turun dari Stasiun Kereta Niigata setelah
menumpang Kereta Express Shinkansen selama 5 jam dari Stasiun Tokyo yang
jaraknya 250 kilometer. Di dalam bus yang menjemput kami, beberapa peserta
Workshop on Air Pollution sudah duduk dengan manis. Para peserta berasal dari
11 negara Asia plus Rusia. Namun, saat itu hanya peserta dari 9 negara yang ada
di dalam bus, yaitu peserta dari Malaysia, Filipina, Myanmar, Vietnam, Kamboja,
Thailand, Cina, Laos. Dari Indonesia kami berenam, saya dan Purnomo Wiwoho dari
Jaringan Pendidikan Lingkungan, Susy Sadikin dari Kementerian Lingkungan Hidup
(KLH), Yayah Komariah, kepala sekolah serta tiga siswa dari SDN Bantarjati 9,
Bogor. Selama 4 hari sejak tanggal 27 Februari hingga 2 maret 2012 kami
menghadiri undangan ACAP dalam workshop tahunan tentang pengembangan materi
peningkatan kepedulian pada isu hujan asam.
Bus melaju perlahan di jalanan yang lengang, jauh sekali
dengan hiruk pikuk Jakarta. Tumpukan salju teronggok di tepian jalan membentuk
bukit-bukit kecil berwarna putih terang. ”Seperti es serut,” ujar anak-anak
Bantarjati saat pertama kali memegangnya. Rumput-rumput kering berwarna kuning
pucat menyembul dari balik salju. Untunglah cuaca tak terlalu dingin meskipun
untuk ukuran orang Katulistiwa, begitu istilah Azri bin Alias peserta dari
Malaysia, masih kelewat menusuk tulang. Beberapa siswi sekolah pun melenggang
santai dengan rok mininya. Inilah kota kelahiran Ken Watanabe, aktor jepang
yang kerab bermain dalam film-film Hollywood seperti The Last Samurai, Batman
Begins dan Inception.
Terletak di Prefektur Niigata, Kota Niigata dipenuhi
rumah-rumah kotak kecil diselingi gedung-gedung persegi sederhana yang
menjulang di sana sini. Beberapa rumah mungil yang terselip diantara
gedung-gedung jangkung, dihiasi pohon-pohon cemara mungil yang tumbuh mirip
bonsai. Mobil-mobil kota (city car) mungil merayap dengan tertib di jalanan
yang bersih. Pohon-pohon merangas memamerkan cabang-cabangnya yang telanjang,
kontras dengan latar belakang putih salju. Di kejauhan, muncul stadion besar
kebanggaan warga Niigata. Tohoku Denryoku atau dikenal sebagai Big Swan
Stadium. Stadion yang memang bentuknya mirip angsa raksasa ini adalah salah
satu stadion tempat dilaksanakannya pertandingan Piala Dunia 2002.
Ada sedikit perubahan rencana, ujar Kasahara dan Amin
kepada para peserta. Sebelumnya panitia merencanakan peserta langsung menuju
Hotel Okura. Tetapi mendadak ada acara tambahan, mengunjungi Furusato Mura.
Kompleks ini semacam museum miniatur Niigata. Di dalamnya dipamerkan sejarah
Niigata sejak kota itu hanya sebuah kampung pertanian yang kecil hingga menjadi
kota modern. Penyusunan koleksinya menarik. Dindingnya dipenuhi papan persegi
empat yang sekaligus berfungsi sebagai kanvas lukis atau foto yang memamerkan
berbagai kejadian di masa lalu dan cuplikan kebudayaan jepang. Misalnyanya festival
layang-layang tradisional.
Di bagian dalamnya gedung itu mirip cerobong raksasa yang
dikelilingi ruangan-ruangan pamer. Di bagian tengah yang cukup lega digantung
berbagai benda seperti miniatur mobil dan karya seni termasuk layang-layang
raksasa. Ruang-ruang pamer mengelilingi kolom raksasa itu. Di salah satu
ruangan terdapat replika rumah jepang kuno yang ajaibnya diselingi dengan
adegan orang-orang sungguhan dalam bentuk hologram. Replika lampu lalu lintas
yang dijalankan secara manual diperagakan di salah satu ruangan. Ada juga
patung petani tradisional lengkap dengan jaket dan sepatu tradisional yang
terbuat dari jerami. Sayang kami tidak bisa berlama-lama di sini karena harus
segera check in di Okura Hotel.
Namun, ada tambahan acara lagi. Setengah berlari memasuki
bus yang dihela Amin, kami melaju ke Toki
Messe. Toki Messe adalah pusat pertemuan besar, semacam pusat kebudayaan di
Niigata. Gedung luas ini pernah menjadi tempat penyelenggaraan APEC tahun 2010. Di
sinilah Eco Kids Conference dan Workshop Acid Deposition akan dilaksanakan.
Ada banyak ruangan pertemuan besar di gedung itu. Dua
patung origami burung dari logam menyambut pengunjung di sisi eskalator. Dari
balik dinding kaca raksasa kami bisa melihat Sungai Shinano yang bantarannya
dipenuhi tumpukan salju. Kapal-kapal berlabuh di tepian sungai. Sementara di
seberang sungai dipenuhi gedung-gedung jangkung. Sungai ini adalah sungai terpanjang di jepang. Sungai
Shinano memanjang meliuk-liuk dan bertemu dengan Jembatan Bandai, tepat di sebelah
Hotel Okura, tempat kami menginap.
Niigata berarti laguna baru. Kota ini benar-benar
memanjakan pejalan kaki. Jalannya yang lebar dihiasi dengan pedistrian yang
lebar dan nyaman. Jalur pejalan kaki ini juga sekaligus menjadi jalur sepeda.
Pera pengendara sepeda dapat mengayuh sepedanya dengan tenang tanpa takut
dilanggar mobil atau motor. Di setiap perempatan terdapat lampu lalu lintas
sehingga pejalan kaki dan pengedara sepeda dapat menyeberang dengan aman.
Safety memang menjadi prioritas. Bahkan lobang galian pun dilengkapi dengan
tiang-tiang pendek berlampu sehingga waktu malam tak ada orang yang terjatuh ke
dalamnya.
Toko-toko pakaian, restoran kecil dan makanan tertata
rapi. Di beberapa tempat terdapat selasar lebar dengan langit-langit tinggi. Lagi-lagi
jalanan bersih dan nyaman. Beberapa pengendara sepeda melenggang dengan nyaman.
Lampu-lampu antik berjajar rapi berbaris di depan toko-toko berhias kaca lebar
yang memerkan koleksi terbarunya. Salah satu selasar yang kami singgahi dihiasi
dengan patung-patung manga dari perunggu bertema baseball, salah satu olah raga
favorit di Jepang.
Kuil-kuil tradisional kecil menjorok ke dalam seperti
gang-gang buntu seperti membawa siapapun kembali ke zaman lampau. Tetapi begitu
keluar dari gerbangnya, kita pun seperti kembali ke kota modern, lengkap dengan
gedung-gedung, pertokoan dan lampu jalan yang terang-benderang. Tetapi percaya
atau tidak produksi paling penting dari kota modern ini adalah pertanian. Beras
Koshihikari yang sempat disajikan di hotel, adalah salah satu beras unggulan di
Jepang. Selain beras, produk lainnya yang terkenal adalah mochi dan sake.
Bagaimana pun juga, Niigata tetaplah kota pertanian yang tenang. Saat kami
berjalan menyusuri pusat kota sekitar jam 9 malam dalam suhu dingin menggigit,
toko-toko mulai tutup, jalanan lengang, menyisakan taksi-taksi yang berbaris di
depan stasiun kota yang masih benderang.
3 comments
Click here for commentssaya baru kesasar ke sini. salam kenal :)
Replynice post sob..
Replyarticle yang menarik,saya tunggu article berikutnya yach.hehe..
maju terus dan sukses selalu...salam kenal yach...
kunjungi blog saya ya sob,banyak tuh article2 yang seru buat dibaca..
agen poker online terpercaya...poker uang asli..
http://chaniaj.blogspot.com/ dan situs kesayangan kami http://oliviaclub.com
serta sites.google kebanggaan kami https://sites.google.com/site/pokeronlineterpopuler/
di oliviaclub.com poker online uang asli terbaik di indonesia dengan teknologi teraman dan tercanggih.
main dan ajak teman anda bergabung dan dapatkan 20% referral fee dari house commision untuk turnover teman ajakan anda...
kunjungi link unggulan kami:
-http://mentaripoker.com
-http://royalflush99.com
-http://rimbapoker.com
blognya temen http://poker-online-indonesia-2014.blogspot.com/
terima kasih infonya.....
Reply