Anjing papua dikenal juga sebagai anjing pegunungan karena menghuni hutan-hutan pegunungan di papua hingga ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut. Kelebihannya adalah suaranya yang bisa membuat bulu roma berdiri. Anjing ini bukannya menggonggong seperti layaknya anjing kampung, tetapi melolong dengan suara yang mengerikan tetapi berirama. Lolongannya bersahut-sahutan seperti lolongan serigala. Tetapi dengan nada-nada tinggi mirip nyanyian paus. Kadang-kadang suaranya mirip suara burung. Tak heran anjing ini mendapat julukan anjing penyanyi. Di alam anjing ini melolong bersama-sama dengan nada yang berbeda mirip paduan suara. Penelitian dengan menggunakan alat Sonogram menunjukkan bahwa pola suaranya sangat berbeda dengan pola suara anjing piaraan lainnya, bahkan anjing liar. Suaranya benar-benar khas. Rupanya selama ribuan tahun terisolir dari dunia luar, membuat anjing ini mengembangkan pola lolongan yang unik. Dan karena anjing ini tak pernah bertemu dengan jenis anjing lainnya, lolongannya dijamin “murni” dari pengaruh asing.
Berbeda dengan dingo di
Perilaku anjing asal “negeri cenderawasih” ini juga agak berbeda. Anjing adalah binatang sosial dan dalam kelompok anjing terdapat kasta yang ketat. Anjing dominan akan mendominasi kelompok. Anjing di bawahnya akan menunjukkan derajadnya dengan mengambil sikap “merendah”. Dalam istilah dunia binatang dikenal sebagai “submission”. Biasanya sikap ini ditunjukkan dengan kepala menunduk, ekor dilengkungkan dan telinga direbahkan ke belakang. Tetapi anjing papua mempunyai sikap “tunduk” yang berbeda. Anjing kelas bawah saat berjumpa dengan “kalangan atas” akan menggerakkan telinganya ke depan dan keluar. Ini sikap yang tak dikenal di dunia serigala atau anjing manapun di dunia. Saat bermain, anjing papua lebih sering bersikap seperti melakukan pengejaran, baik pada saat berdiri diam atau bergerak. Sementara jenis anjing lainnya lebih suka membungkukkan badannya dan mengoyang ekornya. Anjing papua juga suka membuka mulutnya dan menekannya pada tengkuk dan punggung sebayanya saat bermain. Ini periaku yang tak dijumpai pada jenis anjing lainnya, kecuali pada coyote (sejenis serigala kecil dari Amerika).
Siklus suburnya juga berbeda. Dingo dan serigala hanya mengalami sekali masa subur dalam setahun, sedangkan anjing papua malah bisa mengalami dua atau lebih siklus subur. Menurut penelitian Dr. I. Lehr Brisbin, Jr pada tahun 1987, sebenarnya siklus subur anjing papua betina sama saja dengan jenis anjing lainnya. Perbedaanya, jika selama siklus itu anjing tak hamil atau gagal menemukan jodoh, dalam 4 hingga 12 minggu berikutnya ia akan memasuki siklus subur lagi sehingga masih punya kesempatan hamil. Berbeda dengan anjing piaraan, siklus anjing papua dipengaruhi oleh tanda-tanda alam seperti layaknya anjing liar. Jika selama masa subur itu sang betina berhasil kawin, prosesnya diteruskan dengan masa hamil selama 63 hari. Seekor betina bisa melahirkan 4 hingga 6 ekor bayi di dalam sarang yang dibuat di dalam rongga dalam tanah atau di bawah pohon tumbang dan semak-semak. Bayi-bayinya belum bisa melihat ketika baru dilahirkan. Tetapi bayi-bayi anjing papua tumbuh lebih cepat daripada bayi anjing biasa. Di kebun binatang, mata bayi anjing mulai terbuka pada hari ke 13-15. Namanya juga anjing liar!
Anjing papua tersebar luas di Irian, dari dataran rendah hingga dataran tinggi di Papua hingga negeri tetangganya, Papua Nugini. Di daerah pegunungan yang dingin, rambut-rambut anjing ini tumbuh tebal untuk melindunginya dari udara dingin. Anjing ini juga selincah kucing, dapat mendaki dan menjelajahi karang-karang yang terjal dan daerah terbuka dengan sama baiknya. Awalnya anjing ini sama saja dengan anjing lainnya. Mungkin karena tak ada kucing atau binatang pemangsa lainnya yang mirip kucing, anjing ini akhirnya mencoba beradaptasi mengisi kekurangan itu dengan membentuk tubuhnya laksana kucing. Apalagi makanan juga melimpah. Makanan anjing ini adalah binatang-binatang kecil. Secara alami, tak banyak binatang pemangsa di papua, kecuali kuol sehingga binatang papua terlihat sangat jinak saat pertama kali ditemukan.
Sayangnya tak banyak yang diketahui tentang kehidupan anjing papua. Anjing papua liar mungkin adalah binatang malam atau binatang crepuscular, yaitu binatang yang muncul pada senja dan dini hari ketika suasana sekitarnya remang-remang dan temaram. Buktinya anjing papua pernah diketahui makan kuskus. Kuskus adalah binatang malam. Di temaram malam, mata mereka bersinar hijau, menandakan mata mereka lebih peka terhadap cahaya redup daripada anjing biasa. Mereka juga berburu kasuari, binatang mengerat, burung dan binatang yang terperangkap di dalam jebakan milik pemburu lokal. Seperti kaum pemakan daging lainnya, mereka juga menghalalkan “daging kadaluwarsa” alias bangkai binatang. Tapi daging gratisan seperti ini memang jarang-jarang mereka temukan.
Piaraan manusia
Anjing papua baru dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan modern pada tahun 1957 saat dua ekor anjing ini ditangkap dan diekspor ke Kebun Binatang Tarongga di Sidney,
Di tahun yang sama seekor jantan, Darkie, yang berasal dari Suaka Baiyer River di Gunung
Di luar habitat aslinya, anjing ini bisa jinak, meskipun tak bisa sejinak anjing biasa. Mereka sukar dilatih dan jika ada kesempatan akan meloloskan diri dari sangkarnya. Jika berhasil keluar dari kandangnya, mereka bukannya berkeliaran di
Sebagai anjing piaraan, anjing papua juga merepotkan. Bayangkan mereka bisa menggali tanah, melompat tinggi dan memanjat pagar. Suara lolongannya bisa menakutkan tetangga kanan kiri dan sifat-sifat liarnya masih terus dibawanya sekalipun mereka dibesarkan di lingkungan yang “beradab”. Jadi siap-siaplah bersusah susah payah memeliharanya dan jangan berharap menjadikannya sejinak anjing biasa!
Kerabat dingo
Anjing papua dulunya diberi nama ilmiah Canis halstromi untuk menghormati penelitinya, Sir Edward Halistrom, dan dianggap sebagai spesies baru. Pada tahun 1969, namanya diganti menjadi Canis familiaris dingo. Canis familiaris adalah nama yang diberikan untuk anjing piaraan. Sedangkan dingo adalah nama anjing liar dari
Untunglah masih ada beberapa kebun binatang yang bersedia meneruskan program pelestariannya karena keunikan yang dimiliki anjing ini. Mereka sadar, jika anjing ini benar-benar punah, maka mereka akan kehilangan informasi tentang evolusi adaptasi dan asal muasal anjing peliharaan. Tanpa dukungan dari banyak pihak, pelestarian anjing papua terus berjalan. Salah satu lembaga yang dibentuk untuk mendukungnya adalah The New Guinea Singing Dog Conservation Society. Lembaga ini memberikan dukungan bagi siapa saja yang ingin meneliti anjing papua, mengumpulkan informasi dan pemeliharaan anjing papua. Lembaga ini juga bekerja sama dengan para pemilik anjing papua untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan cara mengirimkan sampel darah dan lainnya sebagai bahan analisis DNA, catatan kesehatan, rekaman perilaku dan suara lolongan. Lembaga lainnya seperti United Kennel Club, sejak tahun 1996 berusaha mempromosikan anjing ini ke khalayak ramai dan memfasilitasi pemeliharaannya. Hasilnya, semakin banyak anjing papua yang “dirumahkan” kembali. Namun, bedanya, lembaga tersebut membantu menjaga “kemurnian” anjing langka ini dengan memberikan informasi tentang anjing-anjing lainnya sehingga “trah aslinya” tak tercampur dengan anjing piaraan biasa. Dengan metode ini, pelestarian anjing papua bisa berjalan dengan lebih murah karena melibatkan banyak orang dan masyarakat pun berlatih untuk terbiasa mendengarkan suara lolongannya yang menarik.
Bagaimana pun juga, anjing papua bukan sembarang anjing karena telah terpisah dari jenis anjing lainnya selama 4000 hingga 5000 tahun. Inilah jenis ras anjing tertua di dunia. Sayangnya populasi di habitat aslinya tak diketahui pasti. Dalam beberapa puluh tahun terakhir, anjing piaraan lainnya mulai masuk ke papua. Banyak anjing liar papua yang kawin silang dengan anjing kampung ini. Habitat alamnya juga banyak yang rusak akibat penebangan hutan tanpa henti. Anjing liar terakhir terlihat pada tahun 1991. Tetapi suara lolongannya hingga kini masih sering terdengar bersahut-sahutan. Pada tahun 1996, James McIntyre, seorang peneliti, masih menemukan jejak dan mendengar suara lolongannya seakan menunjukkan bahwa mereka masih jadi penguasa hutan. Hauuu!!!!!!
2 comments
Click here for commentsArtikel yg sangat menarik. Semoga mereka tdk punah atau dimusnahkan akibat kebodohan & ketamakan manusia.
Replysalam lingkungan!
Semoga nasib anjing ini tidak menyusul harimau jawa dan harimau bali yg sudah lebih dulu punah. Salam konservasi
Reply